BANDUNG – Dalam upaya memerbaiki penggunaan bahasa Indonesia yang benar dan lebih bermartabat, Balai Bahasa Jawa Barat (BBJB) menggelar penyuluhan bahasa Indonesia bagi media cetak dan online.
Sedikitnya, 95 peserta yang terdiri dari humas pemerintah daerah Kota Bandung, wartawan, guru, pelajar dan mahasiswa hadir untuk mengikuti acara yang dilaksanakan di Hotel Tebul, Jalan L.R.E. Martadinata, Bandung, Rabu (27/11).
Ketua Pelaksana sekaligus Peneliti Muda Balai Bahasa Jawa Barat, Toni Heryadi mengatakan, program penyuluhan dilaksanakan dalam setiap tahun. Sementara untuk pelaksanaannya dilakukan disetiap kabupaten/kota di Jawa Barat.
”Untuk guru diselenggarakan di sepuluh kabupaten/kota. Kalau untuk badan publik ada di empat kabupaten/kota. Sedangkan khusus media hanya di Kota Bandung saja,” kata Toni, disela-sela pelaksanaan penyuluhan.
Dia menjelaskan, ada perbedaan materi yang disampaikan untuk wartawan dan para guru. Khusus kepada wartawan, Toni mengaku, pihaknya memfokuskan memberikan materi untuk wartawan pemula. Hal tersebut agar para wartawan saat mempublikasikan suatu berita bisa lebih efektif. Terutama, bagi media elektronik.
”Sejauh ini masih ada kecenderungan tidak efektif,” jelasnya.
Salah satu adanya ketidak efektifan tersebut, lanjut Toni, masih ditemukan judul yang terlalu panjang. Sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda pada pembaca.
”Karena itu lah kami mengundang insan media dan menyelenggaran penyuluhan. Kita ingin menata itu, kalau kita menata secara langsung mungkin lebih berat, jadi kita panggil wartawan mungkin lebih mudah dan efektif,” terangnya.
Toni mengaku, selama ini pihaknya kerap menemukan kesalahan-kesalahan berarti dalam penulisan berita, terutama pada media elektronik. Beberapa kesalahan tersebut biasanya pada penerapan ejaan, pilihan kata dan kalimat cenderung terlalu panjang.
”Bahasa yang digunakan media itu harus singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, dan menarik. Jadi bahasa jurnalistik itu bahasa menurut aturan, tidak benar wartawan bebas menggunakan bahasa karena beritanya dibaca masyarakat,” paparnya.
Bahasa yang singkat, kata Toni, harus hemat kata, hindari kata yang mubazir dan memakai sinonim yang lebih pendek. Sedangkan dari sisi bahasanya harus padat atau berisi. Dimana setiap kata harus mengandung arti dan mendukung makna kalimat secara keseluruhan.