BBJB Gelar Penyuluhan Bahasa Bagi Media

Sementara bahasa yang sederhana yaitu sedapat mungkin wartawan bisa menyusun kalimat tunggal, yakni kalimat yang hanya terdiri dari satu subjek. Selain itu, bahasa sederahana juga harus lugas. Dimana kalimat dalam bahasa sederhana harus berarti apa adanya, tidak berbelit-belit dan objektif.

”Terakhir harus menarik. Jadi untuk membuat berita yang menarik membutuhkan latihan yang continue. Salah satu kiatnya, menghindari ungkapan klise. Contohnya, dalam kata hubung seperti dalam rangka, sementara (itu), sedangkan dan lain-lainnya,” terang Toni.

”Kesalahan itu lebih banyak di media elektronik. Sedangkan, untuk media cetak biasanya pengeditan lebih ketat, kalau elektronik atau online disitu ketika ada publikasi lebih longgar, di kita datanya lebih banyak pada media elektronik,” imbuhnya.

Untuk itu Toni berharap insan media lebih cermat dalam memilih kata. Sebab, tulisan yang dibaca sangat berpengaruh pada pembacanya.

”Kalau wartawan memberitakan informasi yang salah atau berbeda, pembaca akan menerima informasi yang salah juga. Ejaan diksi atau pun kalimatnya, ketika mereka menulis berdasarkan informasinya, akan tetapi penyajian belum dipahami, masih pada tahap membuat berita atau penyuntingannya, mereka baru bisa menggali dan bisa membuat berita tapi belum penyuntingannya,” pungkasnya.(mg2/ziz)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan