Lima Koppontren Ikuti OIC Halal Expo 2019 di Turki

BANDUNG– Lima Koperasi Pondok Pesantren (Koppontren) unggulan Jawa Barat (Jabar) akan berpartisipasi pada 7th OIC (Organization of Islamic Cooperation) Halal Expo 2019 di Istanbul, Turki, pada 28 November 2019-1 Desember 2019.

Selain pameran produk, mereka juga akan mengikuti temu bisnis, baik dengan buyer maupun off taker.

Demikian diungkapkan Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pendidikan dan Latihan (Diklat) Perkoperasian dan Wirausaha Dinas Koperasi dan Usaha Kecil (KUK) Jabar, Deni Handoyo pada Pelepasan Delegasi One Pesantran One Product (OPOP) yang akan mengkuti kegiatan tersebut.

Pelepasan dilakukan di Balai Latihan Koperasi (Balatkop) dan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Jln. Soekarno Hatta, Bandung, Selasa 26 November 2019.

“Kami berharap, kegiatan ini akan menjadi jembatan untuk membuka pintu gerbang bagi produk Koppontren menuju pasar ekspor, khususnya ke wilayah Eropa Timur,” ujarnya.

Lima Koppontren yang diberangkatkan untuk mengikuti kegiatan tersebut adalah Koppotren Al – Ittifaq dari Kabupaten Bandung, Daarut Tauhid (Kota Bandung), Fathiyya Al-Idrisiyyah(Kabupaten Tasikmalaya), Al-Ashriyyah Nurul Iman Sejahtera(Kabupaten Bogor), dan Kopontren Husnul Khotimah dari Kabupaten Kuningan).

Mereka masing-masing akan membawa produk unggulan Koppontren masing-masing, seperti produk pertanian, fesyen, perikanan, kesehatan black diamond, kerajinan batik, dan olahan makanan minuman.

Ketua Koppontren Al – Ittifaq, A. Setia Irawan, mengatakan, pihaknya akan membawa produk pertanian, seperti rempah-rempah (jahe, serai) dan buah-buahan (mangga gedong gincu).

Ia mengaku berharap, kesempatan pameran di Turki tersebut akan membuka kesempatan bagi Koppontren untuk memperluas pasar hingga ke Eropa.

“Usaha kami berjalan dengan basis on demand. Jika ternyata selepas pameran ini terbuka perluasan potensi pasar, sudah ada banyak pesantren yang siap digandeng untuk memenuhi permintaan yang datang,” katanya.

Dari 1.074 peserta OPOP, menurut dia, ada 91 pesantren yang bergerak di sektor pertanian. Umumnya mereka memiliki 3 hektar (ha) lahan yang bisa digarap sebagai lahan pertanian.

“Di luar yang 91 pesantren ini juga ada banyak pesantren lain yang tertarik terjun ke sektor pertanian. Saat ini mereka menggeluti sektor lain,” ujarnya.

Ia mengaku optimistis, produknya, khususnya jahe, bisa menembus pasar Eropa. Pasalnya, menurut dia, jahe kualitas terbaik di dunia dihasilkan Indonesia. Namun, pengekspor terbesar jahe memang Vietnam.

Tinggalkan Balasan