PANGALENGAN – Bupati Bandung Dadang M. Naser meninjau langsung titik desa yang terdampak bencana angin kencang di Desa Banjarsari dan Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Selasa (22/10).
Dadang mengaku prihatin atas bencana yang diprediksi berdampak pada 1.200 rumah di 5 Desa di Kecamatan Pengalengan. ”Tidak ada korban jiwa atas peristiwa ini, saya lihat masyarakat sudah lebih siap menghadapi bencana. Meski demikian, kita semua harus tetap waspada terhadap kejadian serupa di wilayah lainnya,” katanya saat ditemui disela-sela peninjauan lokasi bencana.
Dadang menjelaskan, pihaknya sampai saat ini masih melakukan pendataan dan assessment kerusakan dari dampak bencana, oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung bersama pihak –pihak terkait. Bupati meminta, agar BPBD bisa mengintervensi bantuan material paska bencana untuk korban.
”Selain aparat, masyarakat juga bahu membahu saling membantu melakukan evakuasi reruntuhan pohon. Untuk bantuan, nanti kita akan lakukan sesuai prosedur dan warga yang rumahnya tidak layak, akan mejadi prioritas,” kata Dadang didampingi Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Akhmad Djohara.
Dadang menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang cepat dan sigap melakukan tugas penanggulangan bencana. ”Saya berterimakasih kepada BPBD, Dinsos (Dinas Sosial) Disdamkar (Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan), jajaran Satpol PP, Polres dan TNI, aparat kewilayahan serta seluruh masyarakat yang sudah bersama-sama menangani dampak bencana ini,” jelasnya.
Dadang mengimbau agar selalu waspada terhadap anomali cuaca yang saat ini mengalami peralihan. ”Saya imbau seluruh masyarakat untuk mewaspadai segala potensi bencana yang akan terjadi, apalagi di musim peralihan saat ini. Kerusakan akibat angin kencang yang terjadi di Pangalengan ini bukan yang pertama kali, sebelumnya pernah terjadi di Rancaekek, Ciparay, Baleendah dan Cicalengka,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Data dan Informasi BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) Bandung Rasmid menerangkan, terdapat perbedaan tekanan udara yang cukup signifikan, antara wilayah Bumi Belahan Selatan (BBS) dan Utara (BBU). Perbedaan tersebut menyebabkan terbentuknya lintasan arus kecepatan angin yang kencang dalam jalur sempit di atmosfer.
Dirinya mengatakan, sejumlah wilayah di Jawa Barat (Jabar) sudah memasuki masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Pada masa peralihan ini dinilai rentan terjadi cuaca ekstrem. ”Berpotensi terjadinya cuaca ekstrem, di antaranya angin kencang, dan terpantau juga peningkatan kecepatan angin di wilayah Jabar, termasuk di Kabupaten Bandung,” katanya.