NGAMPRAH– Bagian atap ruang kelas di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gudangkahuripan III di Desa Gudangkahuripan, Kecamatan Lembang ambruk pada Rabu (2/10/2019). Sekolah yang berdiri sejak tahun 1965 silam tersebut, tiba-tiba ambruk diduga lantaran bangunan yang sudah tua.
Penjaga SDN Gudangkahuripan III, Dani Ramdani menuturkan, ambruknya atap ruang kelas yang digunakan untuk aktivitas belajar siswa kelas 5 dan kelas 6 itu, terjadi sekitar pukul 15.30. Untungnya, kejadian tersebut setelah kegiatan belajar mengajar (KBM) telah selesai.
“Kejadian ambruknya di bagian atap kelas itu setelah selesai proses belajar mengajar, karena kejadiannya pada jam 15.30. Sementara, jam sekolah itu dari mulai jam 07.00 sampai jam 14.00, jadi pas kejadian, para siswa dan juga guru sudah pada pulang, Alhamdulillah tidak sampai ada korban,” kata Dani di SDN Gudangkauripan III, Kamis (3/10/2019).
Sebelum peristiwa ambruknya atap bangunan kelas, kata Dani, beberapa pekan lalu memang sudah terlihat tanda-tanda lapuknya atap bangunan. Ditambah bagian atas bangunan kerap mengeluarkan bunyi-bunyi rapuh, sehingga sejak awal pekan ini tidak lagi digunakan untuk KBM. “Karena khawatir terjadi sesuatu, makanya saat tahu kondisi bangunannya sudah lapuk dan membahayakan, pihak sekolah sengaja mengosongkan ruang kelas tersebut,” ujarnya.
Kepala SDN Gudangkahuripan III, Dindin Tajudin menjelaskan, pada 2005 lalu pernah ada renovasi di sekolanya, tapi hanya perbaikan lantai sekolah dan mengganti gentengnya saja. Sedangkan kerangka bangunan sama sekali tidak pernah direhabilitasi. “Belum pernah direhabilitasi sejak 1965 dan ini masih bangunan lama,” katanya.
Melihat kondisi bangunan sekolah yang ambruk, Dindin mengaku sangat prihatin. Terutama cukup mengganggu kegiatan belajar mengajar siswa. Melihat kondisi bangunan sekolah seperti saat ini, pihaknya terus mendorong setiap tahun untuk terus meminta bantuan dengan mengajukan proposal baik ke Pemkab Bandung Barat, Pemprov Jabar, maupun ke Kemendikbud, untuk rehabilitasi bangunan sekolah.
“Karena ambruknya atap ruang kelas, sementara siswa kelas 5 disatukan dengan kelas 3. Sedangkan, siswa kelas 6 terpaksa harus berbagi tempat di ruang guru. Dampaknya aktivitas KBM sedikit terhambat dan kurang efektif,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang (Kabid) SD pada Dinas Pendidikan (Disdik) KBB, Asep Nirwan mengatakan, sebetulnya sekolah tersebut sudah masuk daftar prioritas yang harus segera diperbaiki. Sebab, kondisi bangunannya sudah memprihatinkan dan membahayakan.