Bill Shankly sebenarnya lahir di Skotlandia. Ia menangani Liverpool ketika tim itu lagi terdegradasi ke divisi dua.
Baru tahun kedua di tangannya Liverpool bisa naik lagi ke divisi satu.
Tahun pertama divisi satu di tangan Shankly, Liverpool hanya di papan tengah. Tahun kedua urutan lima. Baru tahun ketiga bisa juara. Lalu juara lagi. Dan juara lagi. Tiga tahun berturut-turut. Lalu juara FA pula.
Hotel ini penuh dengan benda peninggalan Bill Shankly. Termasuk sepatunya, bajunya, kausnya, surat-suratnya dan apa saja.
Di kamar saya pun penuh nuansa Bill Shankly. Di langit-langit kamar saya tertulis kesaksian seorang pemain.
Waktu itu Liverpool away ke Amsterdam. Menghadapi Ajax. Stadion Ajax lagi berkabut tebal. Shankly sering masuk lapangan –bicara ke pemain. Tidak terlihat oleh wasit.
Liverpool kalah 5-1.
Itulah zaman mudanya Johan Cruiff. Jaya-jayanya Ajax.
“Kita belum kalah,” kata Shankly pada pemain. Shankly selalu pintar membuat pemain bersemangat. “Di kandang nanti kita akan bisa menang 7-0. Saya pun percaya ucapannya,” kata pemain itu.
Ternyata di kandang Anfield pun Liverpool kalah 3-7.
Kisah itu tertulis di langit-langit kamar.
Shankly juga pandai memainkan trik. Di lapangan maupun luarnya. Kostum Liverpool merah-merah itu, misalnya. Dulunya merah-putih-putih (kaus merah, celana putih, kaus kaki putih). Sejak Shankly-lah menjadi merah-merah-merah. Sehingga julukannya pun tepat: The Red.
Alasan perubahan itu sederhana: agar pemainnya kelihatan lebih berpostur tinggi.
Tapi tepat ia umur 60, Liverpool meraih juara FA Cup. Ia pun menyatakan pensiun. Istrinya yang meminta. Sudah lebih 10 tahun Shankly dalam hidup penuh stres. Waktunya istirahat.
Delapan tahun kemudian Shankly kena serangan jantung. Ia pun dilarikan ke rumah sakit. Meninggal. Dalam usia 68 tahun.
Saya beruntung terusir ke Hotel The Shankly ini. Bisa tahu ada hotel unik di Liverpool.
Selesai.
Ups, belum.
Ada yang menarik lagi. Di seberang hotel ini ada bangunan tua. Setua bangunan yang diubah menjadi Hotel Shankly ini.
Di bangunan tua di seberang itu tertulis “Hotel Dixie”.