NGAMPRAH– Revitalisasi Situ Ciburuy berdampak pada gagalnya produksi panen yang mencapai empat hektare area pesawahan di Kampung Langkob, Desa Ciburuy, Kecamatan Padalarang, Minggu (15/9).
Imbas dari revitalisasi Situ Ciburuy yang saat ini krisis air akibat dilanda kekeringan sepanjang musim kemarau pada tahun ini, tidak lagi mengalirkan air ke area pesawahan milik warga di Kampung Langkob.
Salah seorang warga Kampung Langkob, Rohaeni,65, mengatakan, sulitnya sumber air untuk area pesawahan sudah terjadi sedari April 2019 lalu. Aliran air dari Situ Ciburuy tidak lagi mengalir akibat surutnya air di danau yang sudah ada sedari 1918 tersebut.
“Karena air di Situ Ciburuy kering, jadi sawahnya juga kekeringan. Di sini total luas area pesawahan total 4 hektare. Dari dulu sudah mengandalkan air dari Situ Ciburuy. Tidak ada lagi sumber air lain,” kata Rohaeti, kemarin.
Akibat sulitnya mendapatkan pasokan sumber air, kata Rohaeti, para petani mengalami kerugian bervariasi mulai dari Rp 4 juta sampai Rp 6 juta, tergantung luas lahan sawahnya.
“Kerugian itu baru modalnya saja, belum ditambah kerugian beli pupuk dan obat. Gagal panen tahun ini sudah kedua kalinya. Sebelumnya gagal panen karena sawah diserang hama,” ujarnya.
Kini, lanjut dia, padi yang ditanam para petani pada April lalu dan seharusnya bisa dipanen pada September ini, juga turut gagal akibat sawah tidak teraliri air. “Tahun ini sawah gagal panen semua, petani tidak ada pemasukan karena tidak ada penghasilan dari sawah,” keluhnya.
Petani lainnya, Edi,53, mengatakan, tidak adanya sumber air untuk pesawahan merupakan imbas dari rencana Pemerintahan Provinsi (Pemprov) Jawa Barat yang akan merevitalisasi Situ Ciburuy.
Pada saat pengerjaan pembangunan, kata Edi, pintu air di Kampung Sadang ditinggikan sehingga tidak sedikit pun air dari Situ Ciburuy mengalir ke areal pesawahan warga.
“Kami senang Situ Ciburuy ini direvitalisasi. Cuma kami pernah meminta supaya pintu airnya jangan terlalu tinggi, tapi tidak ditanggapi,” ungkap Edi.
Akibat padi yang ditanamnya mengalami kegagalan panen, bapak tujuh anak ini mengaku, terpaksa mengais rezeki dari memungut barang-barang bekas dan mencari kayu bakar dengan penghasilan Rp 8-10 ribu per harinya.