BANDUNG– Mohammad Istiqamah Djamad, atau akrab disapa Is menjadi terdakwa dalam acara DCDC (DjarumCoklatDotCom) Pengadilan Musik Jilid 35, Dia merupakan seorang vokalis bersuara merdu, yang identik dengan tatanan rambutnya yang khas. Is memutuskan untuk menjejaki karir solo bermusiknya, dengan nama baru bernama Pusakata.
Beberapa single yang telah dilahirkan Pusakata pada rentang waktu satu tahun dari tahun 2018 sampai tahun 2019, kemudian bermuara pada sebuah album berjudul “Dua Buku”, yang dirilis pada akhir bulan Juli 2019 Ialu, dengan sebuah single yang melengkapinya berjudul ”Kita”.
Perilisan ini diakui olehnya merupakan sebuah persembahan Is kepada para penikmat karyanya, dimana Is membuat debut albumnya tersebut dengan cinta, semangat, dan hasrat akan musik yang besar.
Selain sebuah pembuktian akan eksistensinya di ranah musik tanah air, perilisan aIbum “Dua Buku” ini juga merupakan kumpulan jurnal perjalanan Pusakata selama sekian tahun, dimana dirinya pulang ke kampung halamannya setelah berjibaku di ibukota dan berkeliling Indonesia.
Pusakata menulis banyak cerita dan kegundahannya dalam fragmen-fragmen seputar cerita personal yang mungkin jadi terasa relate dengan pengalaman orang lain, atau siapapun yang menjadi pendengarnya.
Dengan ragam karya yang telah dilahirkannya, baik ketika bersama Payung Teduh atau Pusakata, banyak memantik rasa penasaran banyak orang tentang Is, yang kiranya menarik untuk dikupas. Tentang apakah Is sudah kadung nyaman dengan karir solonya ini, atau apakah ada keinginan Is untuk membuat band baru? Pertanyaan-pertanyaan tersebut lahir dari banyak penikmat karyanya, yang penasaran tentang Is dan Pusakata, baik itu dari sisi musikalitas Is sebagai musisi, atau sisi personal Is, yang diakui atau tidak punya sudut pandang menarik dalam menerjemahkan pemikirannya lewat karya.