Diskusi Publik Untuk Mendeteksi Paham Komunis

SOREANG – Untuk memberikan pembelajaran mendekteksi keberadaan paham komunis dan sejenisnya, Kantor Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Daerah (Kesbangpol) Jawa Barat gelar diskusi publik.

Kepala Bidang Ideologi dan Wawasan Kebangsaan Kesbangpol Jabar, Agus Komara mengatakan, saat ini perhatian semua orang lebih tertuju pada faham atau aliran kanan garis keras yang dianggap mengancam ideologi. Dengan menggelar diskusi publik, bisa mendeteksi sejak dini keberadaan faham komunis dan sejenisnya. Sebab, Faham tersebut diduga tengah berusaha bangkit dan mengancam Ideologi Pancasila.

”Jangan terjebak narasi di sebelah kanan terus yang dianggap bahaya itu. Padahal, faham kiri komunis juga saat ini tengah berusaha bangkit dan mengancam ideologi Pancasila,” katanya saat ditemui desela-sela acara diskusi publik Menakar Kebebasan Ormas dalam Perspektif Bhineka Tunggal Ika di Gedung Ormas Islam Soreang, Selasa (27/8).

Menurutnya, faham atau aliran kiri (komunis) dan sejenisnya yang juga tidak sejalan dengan Ideologi Pancasila. Menjadi perhatian khusus, karena berbahaya dan bisa mengancam keutuhan Bhineka Tunggal Ika. ”Kami mendeteksi di Jabar ini ada gerakan seperti itu, coba saja di media sosial juga ramai, itu ada orang yang pakai baju dan atribut komunis yang ditangkap tentara,” jelasnya.

Agus menjelaskan, berdasarkan data Kesbangpol Jabar jumlah ormas yang terdaftar secara resmi di Jawa Barat ada sekitar 120 ormas/LSM. Dari jumlah tersebut hingga saat ini menurutnya tidak ada ormas yang memiliki ideologi menyimpang dari Pancasila.

”Kalau paham komunis berusaha bangkit itu lebih terdapat di lingkungan pendidikan. Terutama menengah ke atas yang punya kemampuan untuk mengakses berbagai informasi soal komunisme, seperti membeli berbagai buku yang beraliran kiri dan lainnya,”akunya.

Agus menambahakan, dimasa saat ini orang sangat mudah mendapatkan buku-buku beraliran komunis. Padahal persoalan ideologi ini sudah selesai dan semua pihak sepakat dengan Pancasila sebagai dasar negara. Begitu juga dengan kalangan ormas/LSM dan kelompok masyarakat lainnya di seluruh Indonesia sudah tidak ada lagi faham atau ideologi lain, selain Pancasila.

”Soal Bhineka Tunggal Ika, soal ideologi Pancasila itu sudah selesai. Nah yang belum selesai itu bagaimana kita mengimplementasikan keberagaman ini menjadi suatu karya nyata di masyarakat,” tuturnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan