NGAMPRAH– Meroketnya harga cabai yang mencapai Rp 80 ribu/kilogram dikeluhkan oleh sejumlah pedagang makanan yang biasa menggunakan cabai sebagai bahan pelengkap. Mereka mengganti bahan penambah rasa pedas itu dengan jenis lain yang harganya lebih terjangkau.
Enting, 55, pedagang gorengan di sekitar Pasar Panorama Lembang, merasakan dampak tingginya harga cabai. Diakuinya, sudah tidak lagi menyediakan cabai rawit sebagai bahan pelengkap jualan.
“Kalau harus beli cabai kemahalan dan bisa rugi juga buat pedagang seperti saya. Karena mahal, saya ganti dengan saus sambal yang harganya lebih murah,” kata Enting, Kamis (8/8).
Sejak dua minggu lalu, Enting sudah mengganti cabai dengan saus sambal bungkusan. “Sebagian pembeli ada yang menanyakan kemana cabainya, setelah dikasih tahu kalau harganya mahal, mereka akhirnya mengerti,” ucapnya.
Hal yang sama dirasakan oleh Nenden, 62, pedagang warung nasi. Dia menyiasati mahalnya harga cabai dengan mengurangi takaran dalam bahan sambalnya. Dia mengatakan, kenaikan harga cabai sangat memberatkannya mengingat menu makanan yang dijualnya kebanyakan membutuhkan cabai.
“Warung saya jualan masakan telur balado, ayam goreng, sambal goreng kentang, sambal goreng tempe dan lain-lain yang semuanya membutuhkan cabai dalam jumlah banyak. Supaya tetap bisa masak, takaran cabainya dikurangi,” ungkapnya.
Menurut Nenden, dirinya tak bisa menaikkan harga jual makanan karena mengingat banyaknya warung makan lain yang juga menjual menu serupa. Nenden juga sudah tahu resikonya kalau pembeli akan mengeluh.
“Sudah ada pembeli yang nanya sambalnya kurang pedas, setelah dijelasin kalau sekarang harga cabai mahal, mereka pun mau mengerti. Kalau saya putuskan harga makanan dinaikkan, bisa-bisa nanti pelanggan beralih ke yang lain,” pungkasnya. (drx)