“Ya, intinya proses penuntasan kasus diperpanjang lagi, dan hasilnya pun saya kira tetap akan sulit diungkap Polri, karena dalam banyak kasus penyiraman air keras nampaknya memang sangat sulit diungkap polisi,” kata Neta kepada Fajar Indonesia Network.
“Yang jelas, dalam kasus seperti ini sulit diungkap karena pelakunya individu, bukan kelompok atau jaringan,” sambungnya.
Saat ditanya apakah jika kasus Novel ini kembali gagal diungkap kepolisian nanti mengancam jabatan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. Neta mengatakan, pihaknya sama sekali tidak melihat akan adanya pencopotan Kapolri meskipun tim teknis gagal mengungkap kasus tersebut.
“Saya tidak melihat hal itu, dan menurut saya tidak ada kaitannya sama sekali. Dan saya pikir juga, dengan belum terungkapnya kasus Novel ini, bukan masalah serius bagi polri. Jadi, tidak akan ada pencopotan Kapolri berkaitan dengan itu,” tuturnya.
Kalaupun memang Kapolri harus diganti, diakui Neta, hal itu memang sudah waktunya juga karena berbagai pertimbangan, terutama mungkin pimpinan Polri saat ini punya kans kuat untuk duduki jabatan baru, misalnya masuk ke dalam kabinet menteri di pemerintahan Jokowi-Ma’ruf.
“Ya, untuk masalah pergantian Kapolri sebenarnya juga memang sudah waktunya, apalagi Pak Tito kemungkinan akan menduduki jabatan baru di kepemimpinan Presiden Jokowi lima tahun kedepan, sebagai Menteri,” tandasnya.(Mhf/gw/fin)