CIMAHI –Musim kemarau mulai mempengaruhi sumber mata air yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Rahaja. Saat ini yang menjadi salah satu sumber air PDAM Tirta Raharja adalah Sungai Cijanggel di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Manajer Junior Humas dan Kesekretariatan PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung, Sri Hartati mengatakan, ada 27.172 Sambungan Rumah (SR) yang disuplai dari sungai tersebut.
”Sungai Cijanggel sumber untuk menyuplai air wilayah Kota Cimahi dan KBB,” kata Sri di Kantor PDAM Tirta Raharja, Jalan Kolonel Masturi, Kota Cimahi, Jumat (5/7).
Menurutnya, menyusutnya sumber air Cijanggel sangat berpengaruh pada produksi air bersih. Biasanya, dari sungai itu bisa memproduksi air hingga 166 liter per detik, namun karena kemarau sekarang hanya mampu memproduksi 80 liter per detik.
”Kami perkirakan kemarau mulai Agustus, tapi ternyata Juni sudah terjadi. Sekarang sudah 50 persen penurunannya,” ujarnya.
Dia menjelaskan, PDAM Tirta Raharja mencakup tiga pelayanan, yakni pelayanan wilayah utara yang meliputi Kota Cimahi, Cisarua, Lembang, Cikalongwetan, Batujajar, Cililin dan Padalarang (Kabupaten Bandung Barat). Jumlah Sambungan Rumah (SR)-nya mencapai 27.172 rumah.
Kemudian, wilayah pelayanan selatan yang meliputi daerah di Kabupaten Bandung seperti Soreang, Ciwideuy, Banjaran, Pangalengan dan Kutawaringin. Total ada 31.526 SR.
Serta wilayah pelayanan timur yang meliputi Ciparay, Baleendah, Bojongsoang, Dayeuhkolot, Rancaekek, Majalaya dan Cicalengka. Jumla SR-nya mencapai 40.307 SR.
”Dari tiga wilayah itu ada sebanyak 99.005 sambungan rumah,” jelasnya.
Dia mengaku, menyusutnya produksi air yang bersumber dari Sungai Cijanggel tentu sangat berdampak terhadap distribusi air khususnya di pelayanan wilayah utara.
”Yang paling terdampak cukup lumayan pelanggan di daerah Cimahi Selatan, seperti Baros, Leuwigajah,” ucapnya.
Kendati demikian, Sri memastikan para pelanggan akan tetap mendapat pasokan air, meskipun diakuinya tidak optimal seperti biasanya. Sebab, agara pasokan tetap berjalan dan pelanggan tetap terlayani, pihaknya melakukan rekayasa distribusi air.
”Kalau produksi air sedang normal, suplai air bisa setiap hari. Tapi untuk kemarau ini, kita antisipasi satu-satunya jalan adalah dengan penjadwalan. Jadi misalnya, yang biasa setiap hari dapat, besoknya enggak. Selang sehari,” beber Sri.