Lahan Pertanian di Kabupaten Bandung Mulai Kekeringan

SOREANG – Dinas Pertanian Kabupaten Bandung mencatat sejauh ini sudah ada 2 hektar lahan pertanian yang mengalami kekeringan ringan. Selain itu sudah ada 93 hektar lahan pertanian yang terancam kekeringan.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Distan Kabupaten Bandung, Ina Dewi Kania menuturkan sejauh ini pihaknya sudah mendapatkan laporan kekeringan dari dua kecamatan di Kabupaten Bandung, yakni Kecamatan Cikancung dan Kecamatan Baleendah.

“Di Baleendah lahan pertanian yang terancam kekeringan kurang lebih 65 hektar, kemudian di Cikancung ada sekitar 30 hektar, jadi ada 95 hektar. Dua hektar di antaranya di Baleendah dinyatakan sudah mengalami kekeringan tapi masih tarapnya ringan,” ungkapnya saat ditemui di kantornya, Rabu (19/6).

Sebanyak 65 hektar lahan pertanian yang mengalami dan terancam kekeringan tersebut berada di Kelurahan Wargamekar, Kecamatan Baleendah. Distan mengaku sudah menurunkan tim di Kelurahan Wargamekar Baleendah, untuk membantu memanfaatkan pompa air dangkal.

“Karena tahun lalu juga sama kami sudah mencoba membuatkan pompa air dangkal ini dan juga pompanisasi. Jadi untuk sementara 65 hektar ini masih bisa terairi. Tanaman padi ini bukan jenis tanaman air jadi tidak harus tergenang cukup terairi kalau sudah basah pindah ke bidang lain,” tambahnya.

Sementara 30 hektar lahan di Kecamatan Cikancung sendiri tersebar di Desa Cikancung, Cihanyir, Cikasungka, Ciluluk dan di Desa Sri Rahayu. Statusnya masih terancam dan belum terjadi kekeringan karena sumber air yang ada yang bisa dimanfaatkan sudah terbatas.

“Jika dilihat dari data, sebagain besar lahan yang terancam kekeringan ini sudah menjelang panen, sudah memasuki usia 84 hari. Mudah-mudahan bisa terselamatkan di tengah iklim yang memang sudah waktunya musim kemarau,” katanya.

Ina menghimbau kepada para petani, pada saat memasuki kemarau ini untuk tidak memaksakan menanam padi karena sumber air mulai terbatas di beberapa wilayah. Dengan sumber air terbatas Distan menyarakan agar para petani mengalihkan komoditas tanaman sementara waktu.

“Kalau ada sumber airnya tapi terbatas lahan harus tetap diolah, silakan misalnya untuk tanaman palawija atau komoditas hortikultura dataran rendah seperti cosin dan timun. Di samping umurnya pendek palawija tidak perlu membutuhkan banyak air,” katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan