CIMAHI – Setelah rapat pleno rekapitulasi tingkat Kota Cimahi selesai dilakukan, maka dapat dipastikan jika beberapa partai mengalami pengurangan kursi di legislatif.
Dari data yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Cimahi dapat diprediksi jika anggota legislatif priode 2019-2024 akan dikuasai oleh Partai Keadailan Sejahtera (PKS) dan Partai Gerinda yang masing-masing memperoleh tujuh kursi.
Menanggapi pengurangan perolehan kursi yang dialami oleh PDIP, Pengamat politik dari Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Arlan Siddha mengatakan, hal tersebut karena PDIP terlalu percaya diri. Padahal dalam kenyataanya, mesin partai tidak bekerja secara.
”Kemungkina fokus dari tim pemenangan partai terbagi untuk pileg dan pilpres. Padahal, seharusnya meski sejak awal meski capres 01 gagal meraup suara di Kota Cimahi, bukan berarti suara PDIP berkurang,” kata Arlan, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (9/5).
Menurutnya, jika melihat figur orang yang ada di PDIP, seperti walikota dan wakil walikota serta ketua DPRD seharusnya menjadi modal utama untuk mendongkrak suara. Sehingga dengan penurunan tersebut harus ada evaluasi atas strategi yang diterapkan selama ini.
”Kenyataannya, insentif ketokohan tidak dapat maksimal diraih oleh PDIP,” ujarnya.
Selain itu, faktor penyebab kegagalan PDIP kembali memuncaki parlemen karena selama ini tidak adanya usaha dari para pengurus atau simpatisan PDIP Cimahi untuk menghalau isu-isu yang menghantam capres 01 dengan baik. Sehingga isu terus bergulir dan masyarakat lebih percaya kubu lain.
”PDIP Cimahi juga kurang menggarap komunitas pemilih yang suaranya banyak. Harus evaluasi agar PDIP bisa masuk ke semua kalangan, saya rasa PDIP terlalu percaya diri padahal di lapangan kondisinya berbeda,” tandasnya.
Sementara itu, Bendahara DPC PDIP Kota Cimahi, Purwanto mengakui jika kemunduran suara partainya karena tidak fokusnya para calon dan timnya dalam kampanye. Terlebih Pemilu Serentak 2019 yang menggelar secara bersamaan Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) menyebabkan pecahnya konsentrasi. Namun ia menampik jika disebut tidak bekerja dengan keras untuk memenangkan partai.