Hendi mengakui bahwa minimnya produksi kedelai terutama dipicu minat petani dalam budi daya tanaman tersebut. Sejauh ini, budi daya kedelai masih sebatas dilakukan dalam sistem tumpang sari atau sebagai tanaman penyelang.
”Kami harap petani bisa mengolah hasil panen mereka menjadi produk olahan kedelai sehingga nilai ekonomisnya lebih tinggi. Bisa dijual dalam bentuk tempe, tahu atau susu kedelai,” harapnya.
Minimnya harga jual, juga diakui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Tisna Umaran sebagai faktor utama rendahnya minat petani di wilayahnya untuk menanam kedelai.
”Meskipun harga pembelian pemerintah (HPP) kedelai mencapai Rp 8.000, tetapi kenyataannya di pasar harga kedelai lokal masih berkisar Rp 5.000-6.000 per kilogram,” pungkasnya. (rus)