SOREANG – Memasuki masa persidangan IV tahun 2018-2019, Semua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) sudah mulai melakukan agenda kunjungan kerja reses. Kegiatan reses perorangan dijadwalkan sejak 8-16 April 2019 lalu.
Anggota DPR RI sekaligus Ketua Komisi IX DPR RI H. Dede Yusuf Macan Effendi mengatakan, kegiatan reses merupakan masa penting yang sejatinya fungsional dalam menjaring aspirasi masyarakat. Umumnya anggota DPR menjalankan kegiatan reses sebagai momen untuk mendengarkan harapan masyarakat yang berada di setiap Daerah Pemilihan (Dapil) mereka masing-masing.
”Reses ini merupakan kewajiban bagi anggota DPR. Setiap dua bulan, anggota Dewan turun ke Dapil untuk bertemu konstituen, menjaring informasi, menghimpun seluruhnya untuk kemudian disalurkan,” Ungkap Dede Yusuf, ketika menyerap aspirasi warga Desa Cingcin Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung, Sabtu (13/4).
Menurut Dede, dari suara-suara masyarakat yang berhasil dihimpun melalui reses tersebut, kemudian akan direkap dan dibuat laporannya, diteruskan pada berbagai lintas komisi untuk diteruskan dan direspon oleh pemerintah.
Dalam kegiatan reses keempatnya pada tahun sidang 2018-2019 tersebut, tampak oleh Dede yusuf antusiasme masyarakat dan tetap dukungan bagi anggota DPR RI yang sudah mereka beri kepercayaan.
”Berbagai isu seperti fasilitas umum (fasum), harapan dibina, bahkan dukungan moral disampaikan oleh masyarakat. Karena, mendengarkan keluh-kesah, aspirasi warga, itu memang tugas anggota Dewan. Dalam kegiatan ini kita fokus mendengarkan untuk kemudian disalurkan. Bukan sekedar mengadakan pertemuan tanpa hasil membangun di masa depan,” tuturnya.
Dia menjelaskan, masalah signifikan di bidang kesehatan misalnya, masyarakat masih mengeluhkan terkait pelayanan kesehatan oleh rumah sakit dengan bpjs yang belum optimal, maupun di bidang lingkungan seperti bencana banjir yang kerap terjadi di bandung selatan khususnya kecamatan Baleendah dan Dayeuhkolot.
”Bukan hanya masyarakat korban banjir yang terkena dampak, namun warga yang akan beraktivitas kerja maupun belajar terganggu karena akses jalan tertutup. Sampai saat ini permasalahan banjir citarum seolah-olah belum menemukan jalan keluar jangka pendek maupun jangka panjangnya,” akunya.