Arto Soebiantoro, Memajukan Start Up Melalui Brand Adventure Indonesia

Dengan pertemuan tersebut diharapkan mereka saling terkoneksi satu sama lain. Sehingga ke depannya mereka saling membantu satu sama lain. Kemudian semua kegiatan yang telah digelar, diabadikan melalui video dokumenter. Video tersebut akan ditanyangkan pada kegiatan selanjutnya. Tujuannya untuk memberikan motivasi kepada pelaku usaha yang lain.

“Sampai saat ini, monitoring terhadap mereka pun dilakukan. Monitoring melalui media sosial, atau grup di whatsapp. Di dalam grup tersebut diskusi terus berjalan. Mulai dari kedala yang mereka hadapi. Lalu solusinya seperti apa. Hingga potensi bisnis apa yang sedang berkembang yang ada di wilayah masing-masing,” paparanya.

Tidak terasa, lanjut Arto, satu dekade komunitas Aktivis Brand Lokal telah berjalan. Gerakan sosial tersebut telah tersebar di 26 kota di Indonesia. Seperti di Jakarta, Bandung, dan di daerah Pulau Jawa lainya. Dari program Brand Adventure Indonesia, sebanyak 90 kota telah dikunjunginnya. Kota-kota tersebut didatanginya menggunakan sepeda motor.

Upaya kerasnya tersebut berbuah hasil manis. Puluhan ribu start up atau brand lokal berhasil diciptakan, dan survive sampai saat ini. Yakni dapat bersaing dengan brand luar negeri. Baru-baru ini, Arto bertemu dengan bapak Presiden Joko Widodo. Dia bercerita bapak presiden memberikan apresiasi apa yang dilakukannya bersama tim. Beliau mendukung penuh dengan apa yang dilakukan oleh aktivis brand lokal.

“Beliau meminta aktivis brand lokal merupakan pegerakan masif dibdaerah – daerah. Lalu beliau juga ingin mengetahui pemetaan UMKM di Indonesia. Dan saya ingin memetakan hal itu, dan melaporkan ke pak presiden. Apa saja problem – problem, kendala, atau yang dibutuhkan oleh mereka dalam mengembangkan usahanya. Tahun ini 14 kota akan dikunjunginya, ” terangnya.

Dukungan moril yang diberikan oleh pak presiden membuat dirinya bersama tim lebih bersemangat. Tahun ini, edukasi tidak hanya dilakukan di daerah Pulau Jawa saja. Pihaknya akan menyasar ke wilayah Indonesia Timur. Sebab, dengan sumber daya alam yang ada, wilayah tersebut mempunyai pontesi tinggi untuk tercipta start up – start up berkopenten. Jadi tidak salahnya untuk dikembangkan.

“Selain itu saat ini kami juga menyasar ke dalam dunia pendidikan. Pesantren Nurul Huda,  di Purwokerto, misalnya. Para santri kami latih untuk berwirausaha. Yaitu memproduksi sabun mandi. Saat ini, mereka tidak lagi membeli sabun. Karena sabun yang mereka pakai berhasil dibuat sendiri. Bahkan sabun tersebut telah dijual di kalangan masyarakat,” paparnya. (jpc)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan