Jokowi meminta, isu-isu negatif harus dilawan dengan fakta dan data harus disampaikan ke masyarakat bawah berdasarkan logika. Sebab, kalau tidak dilawan akan sangat berbahaya bagi negara kita.
Selain itu, Isu antek asing juga kerap disebarkan untuk menyudutkan dirinya. Sehingga, perlu disampaikan dan akan diulang-ulang bahwa yang namanya blok Mahakam yang dulunya dikelola oleh pihak asing selama 50 tahun kini sudah 100 persen sudah diserahkan kepada Pertamina.
Kemudian pada 2018, blok Rokan di Riau yang dulunya dikelola oleh Chevroon Amerika lebih dari 90 tahun sudah 100 persen diserashkan pertamina.. Kemudian yang terakhir di Desember 2018 yang namanya Freeport saat ini sudah mayoritas 51,2 persen sudah dipegang.
’’Dan bagi yang menuding-nuding dia antek asing jangan dipikir mudah mengambil alih semuanya itu dipikir gampang. Kalau mudah dan gampang itu sudah sejak dulu diambil alih,’’kata dia dengan nada kesal.
Jokowi menambahkan, menyikapi isu negatif dan fitnah tersebut selama ini selalu diam dan tidak pernah bicara mengenai pengambil alihan aset sumber daya alam tersebut. Sehingga, perlu dijawab karena adanya tuduhan antek asing.
’’Jadi, Bandung, Jawa Barat penuh dengan intelektual-intelektual Saya yakin dengan optimis dan buka dengan optimisme kita akan bersama-sama membawa negara ini maju,’’ kata Jokowi.
Sementara itu, Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Maruf Amin Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengatakan, dalam menanggapi segala bentuk hoaks harus tegas, terutama yang terus dituding kepada pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin.
Menurutnya hoaks yang menjadi pembicaraan di publik Jawa Barat, banyak dipercaya oleh masyarakat. Hal tersebut, dinilai mengkhawatirkan jika terus dibiarkan.
“Yang paling banyak kena hoaks itu, kelas menengah seperti perkotaan atau yang terdidik. Dulu bicara tematik atau akademis, tapi sekarang harus ngomong yang sebenarnya. Karena konsumsi medianya bukan media akademik, jadi berita yang tidak masuk akal dipercaya,” tuturnya.
Dia menuturkan, salah satu hoaks, seperti dilarangnya berkumandangnya suara adzan. Diakuinya hal tersebut, sangat tidak masuk akal, karena selama pemerintahan Jokowi saat ini untuk seperti itu tidak ada. Sehingga, Jokowi tidak bisa lagi bergaya Jawa yang hanya berupa sindiran halus. Namun harus mengatakan apa adanya, dalam meluruskan apa yang sebenarnya terjadi.