Banyak Investor Incar Unicorn Indonesia, Ini Alasannya

JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengingatkan bahwa banyaknya investor global yang ingin memiliki saham perusahaan rintisan Indonesia berlevel “Unicorn”. Mereka mengincar kepemilikan data kegiatan ekonomi masyarakat yang kemudian diolah menjadi produk yang menguntungkan.

“Tidak perlu heran jika melihat saat ini banyak perusahaan “Unicorn” (perusahaan rintisan bervaluasi USD 1 miliar), yang banyak diminati oleh investor global. Padahal perusahaan tersebut tergolong baru dan belum begitu menjanjikan,” kata Sri di Jakarta, Senin (25/02).

Investor-investor tersebut, lanjutnya, mengincar kekayaan data yang dimiliki perusahaan “Unicorn”. Data yang merekam kegiatan ekonomi, terutama kegiatan konsumsi dan transaksi masyarakat, kata dia, menjadi komoditas baru yang sangat berharga dalam kegiatan ekonomi saat ini.

“Begitu banyak ‘unicorn’ yang masih baru. Begitu banyak orang investasi di sana. Mereka hanya membakar’ uang. Karena mereka ingin tahu miningnya (penambangan data) ketika itu menjadi sebuah aset. Kemudian valuasi asetnya akan muncul dan aset itu yang diincar,” imbuhnya.

Dia menganalogikan nilai kepemilikan data ekonomi masyarakat saat ini sama dengan nilai komoditas tambang di Indonesia yang dulu selalu menjadi incaran perusahaan-perusahaan global.

Saat ini data ekonomi masyarakat adalah komoditas paling berharga. Korporasi-korporasi besar tidak lagi harus repot untuk melakukan survei dalam setiap kegiatan riset bisnis jika sudah menguasai data ekonomi masyarakat.

“Tidak perlu lagi survei, kita bisa buka data dari Bukalapak, Tokopedia, Shoppee. Ini kenapa data adalah komoditas tambang baru. Kalau dulu tambang masih timah, batu bara, berlian. Sekarang siapa manusia terkaya semuanya tidak terkait dengan sumber daya alam. Tetapi sesuatu yang berhubungan dengan data dan teknologi,” terang mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

Perburuan data itu adalah implikasi dari terjadinya revolusi industri 4.0 saat ini. Semua misi bisnis, banyak yang beralih untuk berorientasi pada konsumen sentris. “Artinya sekarang ini data jadi sangat penting. Berikutnya adalah pengelolaan datanya,” tukas Sri.(rh/fin)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan