SOREANG – Kaum perempuan memiliki peran strategis dalam menentukan nasib bangsa dalam proses demokrasi. Oleh sebab itu, perempuan harus berani mengikuti kata hati dalam memberikan partisipasinya pada pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan presiden (pilpres) mendatang.
Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Ai Maryati Solihin mengatakan, selama ini perempuan lebih sering berpartisipasi secara pasif dalam pemilu dan pilpres.
”Mereka hanya datang ke tempat pemungutan suara, lalu nyoblos dan kemudian pulang,” ujarnya dalam acara sosialisasi pengawasan pemilu partisipatif bagi kaum perempuan dalam rangka pemilihan umum tahun 2019 yang digelar oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Bandung di Hotel Sutanraja, di Soreang kemarin (20/2).
Menurutnya, kebiasaan seperti itu, kemudian berujung kepada sikap apatis di kalangan perempuan ketika nasib mereka tak banyak berubah pasca pemilu. Apalagi ketika harga kebutuhan pokok mahal.
Dia menjelaskan, harus diakui, sosok pemimpin dan wakil rakyat menentukan nasib bangsa dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Setiap kebijakan birokrasi maupun politis memang tak jarang berimbas pada harga dan daya beli masyarakat. Sebab, dalam kondisi seperti itu perempuan lah yang merasakan dampak terbesar dan langsung.
Selain itu, perempuan pun menjadi pemilik aset terbesar bagi masa depan bangsa, yaitu anak-anak. Ketika biaya pendidikan mahal, perempuan pula lah yang paling dipusingkan. Oleh karena itu, dirinya mengimbau kaum perempuan untuk tak hanya berpartisipasi pasif dalam pemilu. Tapi, harus menggali informasi terkait calon yang harus dipilih. Selain itu, perempuan pun jangan takut untuk berbeda pilihan dengan suami.
”Tak sedikit perempuan yang selama ini memilih sesuai keingingan suami, padahal pemilu adalah pilihan hati nurani masing-masing,” katanya.
Dia menegaskan bahwa tidak perlu takut bahwa perbedaan pilihan akan berujung pada pertengkaran rumah tangga, apalagi bercerai. Soalnya di bilik suara, tidak ada satu orang lain pun yang tahu pilihan kita kecuali Tuhan.
”Selama ini juga tidak ada beritanya kasus perceraian meningkat gara-gara perbedaan pilihan dalam pemilu. Jadi jangan taku untuk membuat keputusan sendiri dalam memilih,” ungkapnya.