BANDUNG – Luasnya kawasan di Jawa Barat tidak seluruhnya tersentuh infrastruktur. Seiring dengan itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga terus berupaya meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK).
Faktanya, angka kelulusan sekolah dasar juga kerap tidak sejalan dengan infrastuktur penunjang pendidikan. Seperti gunung es, mengerucut ke atas. Makin tinggi tingkatan pendidikan, makin sedikit juga fasilitas pendidikan untuk bisa menampung mereka. Akhirnya, banyak lulusan menepikan diri di rumah atau ikut membantu orangtua bekerja.
Di balik hal itu, Sekolah Jabar Juara (Sejajar) hadir. Sejajar merupakan inovasi layanan pendidikan menengah di Jawa Barat dengan layanan pendidikan tanpa terhalang faktor ekonomi, geografis, sosial, budaya, dan lainnya.
Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Prof Dr H Rd Asep Kadarohman M.Si mengatakan, program Sajajar cukup baik dan perlu diapresiasi oleh semua pihak. Sebab, program Sajajar lebih ramah pada peserta didik.
”Pelajar yang terbentur waktu dan jauh dari sekolah itu banyak sekali. Nah, ini (Sejajar) bagian dari upaya memperbaiki taraf hidup masyarakat agar mereka tetap sekolah,” kata Asep kepada Jabar Ekspres, usai launching Sajajar.
Bagi Asep, Sajajar adalah strategi yang cukup baik yang dicanang Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan. Sebab, Sajajar membuka peluang untuk meningkatkan kualitas diri setiap peserta didik tanpa mengenal batas waktu dan wilayah.
Asep berpandangan, makin tinggi pendidikan maka makin tinggi juga kualitas diri seseorang. Ketika ada peserta didik menengah tidak sekolah, otomatis kualitas jenjang menengah akan berkurang. ”Makanya program ini harus didukung oleh semua lapisan masyarakat. Jangan hanya mengandalkan pemerintah,” kata dia.
Disinggung soal hambatan orangtua yang tidak menyekolahkan anaknya, Asep menilai, kualitas anak tersebut akan siap menghadapi lingkungan. Contoh, anak yang tidak disekolahkan namun dibawa ke pasar untuk berjualan. Menurut dia, antara yang sekolah dan tidak akan berbeda dari sisi pelayanan. Begitu pun dengan lobi dan negosiasi, yang berpendidikan akan lebih baik dalam melayani.
”Yang sekolah, dari sisi tatanan komunikasi hingga lobi tentu akan berbeda. Makanya di tingkatan manapun pendidikan ini akan sangat penting dienyam masyarakat,” tegasnya sambil menambahkan, pihak swasta jangan sungkan untuk mengeluarkan CSR dan ilmu kepada mereka yang sekolah di Sejajar. (adv/rie)