”Yang sulit adalah membangun mental mereka untuk mau belajar. Sebab, mereka sudah terbiasa dengan rutinitas yang menghasilkan uang,” urai Dadang.
Dengan kata lain, cukup sulit untuk memastikan angka tersebut akan tetap utuh atau tidak. Terlebih, mereka tidak perlu setiap hari belajar seperti halnya pelajar regular.
Menurut Dadang, pembelajar di Sekolah Jabar Juara mengandalkan teknologi. Yaitu berbasis aplikasi.
Pada dasarnya, kata Dadang, Sekolah Jabar Juara adalah inovasi layanan pendidikan menengah di Jawa Barat. Sekolah Jabar Juara memberikan peluang luas kepada seluruh masyarakat dalam mengakses layanan pendidikan. Tanpa terhalang faktor ekonomi, geografis, sosial, budaya atau faktor lain. Melalui layanan pendidikan ramah, murah, mudah, bermutu, dan berdaya saing. Relevan dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
”Sekolah Jabar Juara dapat diwujudkan melalui kolaborasi antartingkatan pemerintahan, antarwilayah, dan antarpelaku pembangunan untuk memanfaatkan potensi dan peluang serta menjawab permasalahan dan tantangan pembangunan,” paparnya.
Dadang menjabarkan, indikator Sekolah Jabar Juara adalah sekolah untuk anak berkebutuhan khusus, terpencil, terbelakang, masyarakat adat, bermasalah dengan hukum, kesulitan ekonomi, anak dipekerjakan, di daerah konflik, terdampak bencana alam. Termasuk anak yang mempunyai keterbatasan waktu karena kebutuhan (atlet).
”Nah, ke depan, data utama yang dijadikan acuan adalah data pokok pendidikan (Dapodik). Data tersebut kemudian dikroscek oleh pihak kecamatan untuk dicocokan. Dengan begitu, APK tersebut tidak hanya naik secara jumlah tapi bisa dipertanggungjawabkan secara data,” tandasnya.
Yang tidak kalah penting, kata dia, gencar sosialisasi. Kepesertaan di Sekolah Jabar Juara tidak mungkin hanya sekali gertak. Sebab, keinginan dari peserta untuk ikut sekolah kadang tidak sejalan dengan keinginan dari orangtua atau pun pihak perusahaan di mana siswa itu bekerja.
”Penting untuk pihak swasta untuk dilibatkan. Sebab, mereka harus mengizinkan karyawan mereka untuk belajar pada waktu waktu tertentu. Dan ini perlu banyak disosialisasikan,” tuturnya.
Dadang memerinci, ada proses orientasi pembelajaran tahap awal yang akan diperkenalkan kepada para calon peserta diri. Setelah itu dilewati, maka akan perkuat dengan proses penguatan pendidikan karakter. ”Dengan begitu akan muncul komitmen belajar yang tinggi. Dan diharapkan peserta didik ini akan lebih mandiri,” ucapnya.