BANDUNG – Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Ahmad Hadadi mengaku prihatin, ada sejumlah delegasi pelajar asal Jawa Barat yang ikut berkontribusi di kontes LGBT di Bali. Padahal, pemerintah Jawa Barat saat ini sedang gencar dalam penguatan pendidikan karakter.
”Mereka sudah berani menampilkan diri. Perlu dicermati, harus ada penanganan serius dari berbagai pihak. Harus dilokalisir dan disembuhkan ke kehidupan normal,” kata Ahmad Hadadi kepada Jabar Ekspres, kemarin (11/10).
Dia mengaku, belum memiliki data pasti berapa jumlah pelajar yang ikut dalam kontes tersebut. Termasuk masih menelusuri daerah mana saja yang ikut mengirimkan delegasi mereka.
”Ada informan yang mengetahui ada kontes LGBT di Bali. Dan tahu ada beberapa peserta merupakan delegasi dari Jawa Barat,” ungkapnya sambil menambahkan, para pelajar tersebut akan mendapatkan penanganan jika sudah terdata.
Di balik hal itu, Hadadi menegaskan, semua unsur agar menyikapi sebagai sesuatu yang serius. Meski ada beberapa pandangan dari tokoh yang menganggap fenomena itu hal yang lumrah.
”Bagaimana jadinya jika kita bisa membolehkan prilaku yang secara nilai agama. Semua agama mengutuk prilaku ini. Sebab, prilaku ini tidak hanya berdampak pada kelainan kejiwaan. Tapi juga membawa penyakit HIV/AIDS,” paparnya.
Hadadi menegaskan, LGBT adalah fenomena gunung es. Perlu disikapi secara bijak. Sehingga diharapkan bisa tertangani dengan baik. ”Mereka perlu diselamatkan agar tidak terjerumus,” pungkasnya.
Terpisah Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung H. Juhana menyebutkan pihaknya terus melakukan antisipasi dengan meningkatkan pengawasan ke semua peserta didik di setiap sekolah yang ada di Kabupaten Bandung.
Menurutnya, antisipasi beredarnya LGBT serta Narkoba di kalangan pelajar. Meski sudah dilakukan antisipasi sejak lama, namun dengan adanya kasus LGBT melalui media sosial, pihaknya mengaku terus melakukan meningkatkan sosialisasi pencegahan secara kontinu.
”Akan meningkatkan pengawasan oleh tenaga pendidik di semua sekolah untuk mengantisipasi beredarnya gay di kalangan pelajar di kabupaten Bandung,” jelas Juhana Kepada wartawan di Soreang, kemarin (11/10).
Dia pun mengimbau semua kepala sekolah agar meningkatkan pengawasan terhadap peserta didik. Hal itu, untuk mengantisipasi beredarnya pergaulan gay di sekolah. ”Walau sudah dilakukan sejak lama, dengan munculnya isu di Garut. Saya akan meningkatkan kembali, agar setiap guru lebih meningkatkan pengawasan pergaulan peserta didik disemua sekilah,” tuturnya.