Semua penulis pasti belajar menulis dari membaca. Kita belajar bagaimana si penulis menuangkan gagasan dalam tulisannya. Kita juga belajar merangkai kata dan mampu memilih kata yang efektif, dan kita juga belajar bagaimana menggunakan kaidah-kaidah ejaan yang disempurnakan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Serta bisa membedakan penggunaan bahasa baku dan tidak baku. Semakin banyak membaca kita pun akan semakin banyak koleksi diksi untuk bahasa menulis. Referensi kita pun menjadi semakin luas. Karena penulis sejatinya adalah pembaca yang baik, yang ingin menyamai ataupun melebihi karya penulis yang sedang dibaca.
Semua orang yang normal punya kemampuan menulis. Contohnya, seseorang yang sedang jatuh cinta, tiba-tiba ia mampu merangkai tulisan yang indah bagi sang pujaan. Orang yang lagi gundah, tiba-tiba saja mampu menuangkan uneg-unegnya dalam buku hariannya sampai berlembar-lembar. Orang yang menemukan sesuatu yang luar biasa, tanpa perlu berpikir mampu mendeskripsikan apa yang dilihatnya. Berapa banyak status di sosial media yang muncul setiap harinya, semuanya berbentuk tulisan yang berisi curahan hati masing-masing, tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan tercurah dalam bentuk sebuah tulisan.
Contoh lain, ketika masih duduk di bangku sekolah, pernahkah kita diminta untuk menuliskan pengalaman pribadi, liburan misalnya? Sebagian atau mungkin kita semua tentu dapat menuliskan beberapa paragraf yang menceritakan tentang perjalanan liburan kita, meskipun dengan gaya bahasa dan cara penyampaian yang sangat sederhana. Seiring semakin dewasanya cara berpikir kita, semakin banyaknya hal-hal yang kita pelajari, dan semakin banyak pula perbendaharaan kata yang tersimpan dalam otak kita, tentunya akan semakin berkembang pula tukisan kita, jika diasah dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang bisa dipelajari, sama halnya dengan berbicara.
Jadi, jika seseorang sudah berminat untuk menulis tapi merasa tak punya bakat melakukannya, hendaknya segera melatih dan membiasakan diri terus berlatih menulis. Menulis apa saja hal yang dirasakan, atau menulis hal yang dikuasai. Setiap orang punya potensi bisa menulis. Tapi, tak semua orang berminat menekuni budaya menulis ini, mungkin mereka belum menemukan manfaat dari menulis.