Pendidikan dibangun salah satunya adalah dengan budaya literasi, tanpa itu maka pendidikan tidak akan pernah maju dan berkembang. Budaya baca tulis terkhusus untuk kalangan pendidik ataupun guru menjadi senjata ampuh dalam perbaikan dan peningkatan pendidikan. Saya sering menemukan rekan guru yang masih malu-malu untuk menulis, kebanyakan bingung dengan tema yang mau ditulis. Sehingga pada akhirnya, tak pernah satupun karya, yang akan mengantarkannya mampu di kenang hingga lintas generasi. Padahal, menulis dapat di latih. Istiqomah menjadi kunci. Kebanyakan yang sulit dalam menulis adalah untuk memulai, padahal menulis tidaklah mesti panjang secara sekaligus, cukup dengan menulis beberapa kata, satu paragraf atau dua paragraf. Panjang tulisan kedepannya hanya tinggal menunggu waktu saja.
Kesulitan mengambil tema menjadi penghambat lainnya dalam.memulai menulis. Padahal, sebenarnya lingkungan sekolah adalah bank data yang sangat besar untuk diolah menjadi bahan tulisan. Aktifitas keseharian siswa, guru ataupun warga sekolah adalah kue yang lezat yang bisa dikonversi menjadi narasi yang berarti. Even kecil atau besar sekolah bisa menjadi bahan yang empuk untuk diolah dan dideskripsikan.
Menulis butuh proses, kesungguhan dan juga dukungan. Ikut dalam grup yang di dalamnya ada orang-orang yang juga mencintai menulis maka akan membuat kemampuan kita akan senantiasa di jaga dan di asah. Terakhir, senantiasa meminta perlindungan dan pertolongan dari Allah SWT agar tulisan kita terjaga dari isi yang berbau tidak baik tidak hanya diri kita namun juga orang di sekitar kita. Wahai guru, menulislah karena tanpa tulisanmu tidak akan pernah tersampaikan ilmu untuk Generasi yang akan datang.***