BANDUNG– Memiliki buah hati adalah dambaan bagi setiap wanita, terlebih jika sang anak dapat lahir dan tumbuh secara sehat. Namun siapa sangka, terkadang seseorang mengalami cobaan yang tidak pernah dikehendakinya. Apalagi saat hal tersebut terjadi pada sang buah hati, sebagai orang tua pasti akan menempuh berbagai cara untuk kesembuhannya.
Khuzaemah (40), adalah ibu dari Adiba Khoirunnisa (3), penderita jantung bocor sejak bayi. Hal ini tentunya membuat hati Khuzaemah menjadi risau dan gundah. Tidak hanya tentang pengobatannya, tetapi juga masalah biaya biaya. Beruntung Khuzaemah dan keluarga sudah terdaftar sebagai peserta JKN-KIS.
“Alhamdulillah, kami sekeluarga sudah terdaftar sebagai peserta JKN-KIS sejak tahun 2015 di kelas III. Jadi saat proses pengobatan Adiba, kami selalu pakai JKN-KIS”, ungkap Khuzaemah.
Khuzaemah sebelumnya tidak menyangka bahwa putri kecilnya memiliki penyakit jantung bocor. Awalnya dia mengira bahwa anaknya hanya menderita batuk dan pilek saja saat Adiba baru menginjak usia 5 bulan. Khuzaemah semakin gusar saat berat badan putrinya tak juga berkembang.
“Saat dibawa ke klinik umum, dokter hanya menyatakan hanya masalah batuk dan pilek saja. Namun kemudian keluar kelenjar di leher. Badan Adiba drop, yang harusnya usia 6 bulan berat normalnya 8-9 kg, Adiba hanya 5 kg. Pada saat umur Adiba 11 bulan, kondisinya semakin drop, akhirnya dibawa ke rumah sakit ruang ICU. Niatnya hanya untuk kontrol jalan saja, tetapi dokter menyatakan bahwa Adiba mengalami kebocoran jantung”, ceritanya.
Setelah di diagnosa menderita jantung bocor, Adiba harus menjalani kontrol setiap bulan karena rentan sakit. Pengobatan Adiba saat ini sudah hampir 2 tahun, semuanya menggunakan JKN-KIS. Hingga saat ini, pengobatan Adiba harus dirujuk ke RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
“Saya merasa sangat terbantu dengan adanya Program JKN-KIS. Buat peserta yang sudah bayar tetapi mereka sehat dan tidak pernah memanfaatkannya, Alhamdulillah sehat. Iurannya dapat membantu peserta yang sakit dan kita yang membutuhkan. Kalau mau dihitung juga iuran kita setiap bulan tidak akan menutupi untuk pembiayaan pelayanan kesehatan selama ini”, tutur Khuzaemah.