JAKARTA – Kurs rupiah ditutup melemah 11 poin atau 0,08 persen pada perdagangan akhir pekan ini. Perdagangan rupiah ditutup di level Rp 14.649 per dolar Amerika Serikat (USD).
Pada pembukaan kemarin pagi, kurs rupiah dibuka melemah 14 poin atau 0,1 persen ke Rp 14.652 per dolar AS. Kemudian sekitar pukul 09.30, mata uang Garuda tersebut semakin terperosok di zona merah ke posisi Rp 14.661 per dolar AS.
Senior Analyst CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, laju Rupiah pasca libur Idul Adha cenderung kembali melemah seiring imbas penguatan USD. Adanya kenaikan pada USD terjadi setelah merespon penurunan EUR yang terimbas sentimen adanya rencana Presiden Trump yang akan mengenakan tarif impor atas sejumlah produk dari Uni Eropa.
Di sisilain, penguatan USD juga terimbas adanya ekspektasi kenaikan kembali suku bunga The Fed pada September. Sementara itu, dari dalam negeri belum adanya sentimen yang terbarukan membuat Rupiah kehilangan momentum untuk mempertahankan kenaikannya.
”Berbalik menguatnya laju USD tampaknya dapat menghalangi potensi penguatan lanjutan dari Rupiah sehingga diperkirakan Rupiah dapat berbalik melemah,” kata Reza, kepada Fajar Indonesia Network di Jakarta, kemarin (24/8).
Menurut Reza, belum adanya sentimen terbarukan dari Rupiah membuat pergerakannya cenderung terimbas kenaikan USD tersebut.
Karena itu, ia berharap pemerintah tetap mencermati dan mewaspadai berbagai sentimen yang dapat membuat Rupiah kembali melemah.
Sementara itu, ekonom Indef, Bhima Yusdhistira mengatakan, krisis Turki dan ketidakpastian perang dagang AS China menambah parah keadaan ekonomi global. Sehingga, ia memperkirakan rupiah akan terus mengalami pelemahan hingga menembus angka psikologisnya, yaitu Rp 14.750 per dollar AS.
”Jika menembus lebih dri angka itu maka kemungkinan rupiah akan terus tertekan hingga akhir tahun,” terangnya dia.
Dia berharap Bank Indonesia (BI) segera melakukan intervensi cadangan devisa. BI juga diharapkan konsisten melakukan kebijakan pre emptives dan ahead the curve dengan menaikan bunga acuan 25-50 bps sebelum rapat FOMC Fed pada tanggal 25-26 sept dan 18-19 Desember 2018.
”Kerja keras untuk menstabilkan rupiah juga ada di tangan pemerintah. Oleh karena itu aturan teknis dan list produk yang akan dikendalikan impornya harus segera dirilis. Daftar proyek infrastruktur yang akan direm juga ditunggu oleh pelaku pasar, ” tukas dia. (mad/fin/ign)