“Ketika para petinggi DFB memperlakukan saya seperti sekarang ini, tidak menghormati garis keturunan Turki saya, dan secara egois menyebut saya melakukan propaganda politik, saya rasa sudah cukup. Itu bukan alasan saya bermain sepak bola, dan saya tidak akan diam saja tanpa melakukan apapun. Rasialisme seharusnya tidak akan pernah bisa diterima,” kecamnya.
“Saya diperlakukan sebagai orang Jerman ketika kami menang, tapi dianggap imigran ketika kami kalah. Apakah saya bukan orang Jerman? Apa kriteria saya tak cukup untuk menjadi orang Jerman? Teman saya, Lukas Podolski dan Miroslav Klose, tak pernah disebut sebagai Jerman-Polandia, jadi kenapa saya dicap sebagai Jerman-Turki? Apakah karena saya berasal dari Turki? Apa karena saya Muslim? Kenapa orang-orang tidak bisa menerima bahwa saya adalah orang Jerman?” sesal Oezil.
Surat terbuka yang diunggah di Twitter pribadinya itu benar-benar mengungkapkan semua isi hati Oezil. Termasuk menyerang Presiden DFB, Reinhard Grindel, yang selama ini paling keras mengkritik Oezil.
Sampai keputusannya untuk pensiun, Oezil mencatatkan total 92 penampilan bagi Jerman, mengemas 23 gol dan menjalankan peran kunci ketika negaranya sukses menjadi kampiun Piala Dunia 2014 di Brasil.