Gerindra: Prabowo Bukan King Maker

JAKARTA – Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani meyakinkan, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto bukan sebagai King Maker alias menjadi capres.

”Pak Prabowo jadi capres, bukan King Maker. Capres dari partai yang memiliki kursi 73, kurang 39 kursi lagi,” ungkap Muzani di rumah dinasnya di daerah Kemang Jakarta, kemarin (1/7).

Potensi kursi dan ketokohan Prabowo itu yang menjadi keyakinan partai berlambang kepala burung Garuda tersebut mengusungnya di Pilpres 2019 mendatang.

Muzani menambahkan, hal itu juga yang ditanamkan kepada partai koalisi lainnya seperti PAN, PKS dan PBB. ”Ini yang kita buat untuk meyakinkan partai-partai lain. Pertemuan kami juga intensif dengan mereka,” ujarnya.

Bahkan dia menyebut, dalam waktu dekat Prabowo juga akan bertemu dengan pimpinan PAN dan PKS guna membahas persiapan pencapresan Prabowo sesuai hasil Pilkada.

”Pak Prabowo juga akan bertemu dengan kedua pejabat tinggi dari kedua partai itu, PKS dan PAN,” pungkasnya.

Sementara itu kegagalan Partai Gerindra dan PDIP memenangkan Pilkada serentak 2018, disebabkan buruknya kinerja mesin politik. ”Berkaca untuk 2019, kalau saya boleh bilang, PDIP dan Gerindra itu mesin partainya terburuk untuk 17 provinsi. Karena persentasenya kecil dari perolehan kontestasi 17 provinsi itu,” kata Direktur Pusat Studi Sosial Politik Indonesia Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (30/6).

Justru, lanjut dia, kinerja mesin partai politik kecil maupun menengah seperti PAN, NasDem, Hanura, dan PKB lah yang malah berhasil. Sebab, kader mereka lah yang tampil sebagai pemenang di Pilgub.

Nah, kinerja mesin partai yang buruk itu ditegaskannya harus dijadikan sebagai catatan serius bagi Partai Gerindra dan PDIP jika mereka masih ingin memenangkan kontestasi Pilpu tahun 2019 nanti.

”Partai berkuasa yang ternyata mesin politiknya bekerja minimalis itu, harus mulai dalam waktu 10 bulan, kerja mesin politiknya harus dioptimalkan. Kalau mau kemudian meningkatkan elektabilitas untuk kepentingan 2019,” ujarnya.

Bagi partai kecil dan menengah, kemenangan besar di ajang Pilgub semakin memungkinkan mereka untuk membentuk poros baru selain poros Gerindra dan PDIP.

”Yang lain memungkinkan poros baru dari partai menengah. Karena kan mereka tentunya memiliki daya jual tinggi lagi. Karena mereka memiliki banyak kepala daerah,” imbuhnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan