Literasi digital terasa menjadi penting mengingat dampak yang ditimbulkannya, melalui literasi digital kita mampu: berpikir kritis, kreatif, dan inovatif, memecahkan masalah, berkomunikasi dengan lebih lancar dan berkolaborasi dengan lebih banyak orang, literasi digital menjadi sarana pendukung untuk tumbuh kembangnya potensi keterampilan abad 21.
Untuk itu dalam melaksanakan literasi digital sekaligus mewujudkan guru disrupsi, guru harus memulai mengubah cara mereka mengajar, meninggalkan cara-cara lamanya serta fleksibel dalam memahami hal-hal baru dengan lebih cepat.
Teknologi digital dapat membantu guru belajar lebih cepat dan lebih efektif untuk berubah dan berkembang maka jadilah para guru ini sebagai guru disrupsi yaitu guru yang akan lebih cakap mengubah pelajaran yang membosankan dan tidak inovatif menjadi pembelajaran multi-stimulan sehingga menjadi lebih menyenangkan dan menarik. Keniscayaan peran guru seperti ini ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo yang mewanti-wanti ”Jangan sampai anak-anak kita dididik oleh medsos. Jangan sampai anak-anak kita dididik oleh perubahan yang merusak karakter kita. hati-hati, semuanya harus mempersiapkan ini,”
Menyikapi pesan Presiden ini terselip pertanyaan apakah guru-guru saat ini telah disiapkan untuk menghadapi perubahan peran ini? Menurut Muhammad Nur Rizal (2017) ini bukan hanya persoalan mengganti kelas tatap muka konvensional menjadi pembelajaran daring.
Namun yang lebih penting adalah pergeseran peran guru sebagai sumber belajar atau pemberi pengetahuan menjadi mentor, fasilitator, motivator, bahkan inspirator mengembangkan imajinasi, kreativitas, karakter, serta teamwork siswa yang dibutuhkan pada masa depan. Sudah siapkah anda menjadi pembaharu sebagai guru disrupsi?
*Kadisdik Jabar 2015-2016, Pengajar Prodi Pendidikan B.Indonesia Pascasarjana Unpas Bandung.