Menurut Direktur Bina Haji Kemenag Khoirizi H. Dasir, tim P3JH adalah para petugas pelayanan umum yang memiliki kemampuan medis. ’’Tim ini terdiri atas 20-an petugas yang berasal dari rumah sakit haji, universitas Islam negeri yang memiliki prodi kedokteran, serta rumah sakit TNI-Polri yang ditetapkan langsung oleh Kemenag berdasar persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan,” terangnya.
Menurut Khoirizi, tim P3JH disiapkan untuk mengisi kekosongan petugas di titik-titik kritis. Titik kritis itu biasanya kurang terlayani secara maksimal karena keterbatasan jumlah petugas pelayanan umum dan kesehatan. ’’Khususnya pada masa puncak haji di Arafah-Mina-Muzdalifah (Armina),’’ terangnya.
Dia menjelaskan, tim P3JH akan dioptimalkan pada hari pertama lontar jumrah. Saat itu para jamaah haji Indonesia melakukan perjalanan sejauh 2 kilometer dari pemondokan di Mina ke Jamarat untuk melempar jumrah aqabah. Jarak yang jauh membuat sebagian jamaah merasa kelelahan. Bahkan, tidak sedikit yang harus digendong karena tak mampu melanjutkan perjalanan. Nah, para petugas itulah yang akan mengantarkan jamaah yang kelelahan. ’’Mereka ditugasi mengantar jamaah kembali ke pemondokan di Mina,” tuturnya.
Tim tersebut akan bersinergi dengan tim lain. ’’Perpaduan tim gerak cepat (TGC) Kemenkes, P3JH, dan petugas perlindungan jamaah diharapkan dapat menjawab kebutuhan pelayanan. Dengan begitu, kehadiran negara melalui petugas yang siap melayani jamaah akan lebih dirasakan,” terangnya. (oni/c7/ttg)