NGAMPRAH – Akbat sering turunnya hujan produksi kopi di Kabupaten Bandung Barat (KBB) di prediksi mengalami penurunan. Bahkan, kendisi ini diperparah dengan harga kopi dipasaran yang mengalami penurunan.
Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APEKI) KBB Kurnia mengatakan, saat cuaca buruk petani harus cekatan, apalagi jika hujan terus menerus, itupun akan berpengaruh pada kopi yang sulit dijemur, dan permasalahan lainnya.
’’Dampaknya produksi akan menurun dan harga akan kena dampaknya juga,” ujar Kurnia kepada wartawan di Lembang, kemarin (1/4)
Menurutnya, selama ini cuaca buruk selalu menjadi kekhawatiran bagi para petani. Sebab, tidak sedikit banyak tanaman kopi masih berupa putik bunga rontok akibat hujan deras.
Untuk mengantisipasinya, lanjut dia, dengan membuat green house. Namun, sekarang khusus petani di Lembang itu tidak semua memiliki green house.
Kurnia menyebutkan, pada 2016 lalu produksi kopi juga pernah mengalami penurunan hingga 30 persen. Bahkan, tak sedikit biji kopi membusuk ketika dipanen akibat seringnya terkena hujan.
Dia berharap, pada saat panen bulan ini, cuaca buruk segera berakhir. Apalagi, beberapa produksi kopi di daerah sudah bisa ekspor ke Korea Selatan.
Kurnia memaparkan, parameter harga jenis greenbean, gabah dan cherry. Untuk jenis kopi greenbean Rp 70 ribu per kilo, gabah Rp 26 ribu sementara buah cherry Rp 8.000 sampai Rp 9.000 per kilo. Sedangkan, untuk jenis kopi yang ditanam kebanyakan jenis Arabika.
Hal senada diungkapkan Ketua Gabungan Petani Kopi Kebun dan Hutan Indonesia (Gapekhi) Jawa Barat, Setiowekti. Dia mengatakan, cuaca buruk diprediksi akan mempengaruhi produktivitas hasil panen kopi. Akibatnya, banyak buah kopi yang rontok meski secara jumlah tidak terlalu signifikan.
” Yang berpengaruh itu terutama dalam kemasakan buah, sehingga panen pun akan mundur,’’ucap dia.
Selain itu, pengaruh lainnya akibat hujan adalah tingkat kematangan buah kopi yang seharusnya cepat merah, namun karena hujan buah merah pun jadi telat.
’’Ini memang menjadi masalah yang harus dihadapi para petani kopi,” tutup pria yang akrab di sapa Thio ini (drx/yan)