JAKARTA – Rekomendasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk pencegahan kecelakaan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ) masih belum sepenuhnya dilaksanakan. Hal tersebut terlihat dari jumlah kecelakaan yang justru semakin bertambah setelah adanya rekomendasi KNKT.
Semenjak 2015 hingga 2017, jumlah kecelakaan LLAJ dengan korban di atas 8 jiwa yang ditangani KNKT terus meningkat. Dari empat kecelakaan di 2015 naik menjadi enam di 2016 dan 15 pada 2017.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menuturkan, pihaknya sudah memberikan sejumlah rekomendasi kepada pihak terkait. Namun, masih sangat banyak yang belum dilakukan. Salah satunya terkait kualitas istirahat para pengemudi. Khususnya pengemudi bus pariwisata yang belakangan cukup banyak mengalami kecelakaan. Padahal, istirahat yang tidak berkualitas itu dampaknya besar pada keselamatan perjalanan bus tersebut.
”Dari banyak kecelakaan bus pariwista yang terjadi, 80 persennya merupakan faktor kelelahan pengemudi. Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama,” kata Tjahjono usai seminar Bijak Memilih Bus Wisata Yang Berkeselamatan kemarin (22/3).
Selama ini, lanjut dia, banyak pihak yang tidak peduli dengan kualitas istirahat pengemudi. Perusahaan bus yang mempekerjakan tidak peduli dengan jam kerja mereka. Mereka juga tidak memberikan tunjangan yang layak untuk para pengemudi itu bisa mendapatkan tempat istirahat yang baik. Para pengemudi itu juga kerap tidak terlalu memperhatikan kapasitas mereka.
”Istilahnya kalau mau dapat uang harus kerja. Mereka bisa tidak istirahat selama tiga bulan. Padahal, istirahat itu kan tujuannya untuk resfresh. Mungkin mereka masih merasa segar, tapi respons sudah melambat,” terang Tjahjono.
Terkait masalah itu, KNKT telah mengimbau Kemenaker untuk melakukan pengecekan langsung ke lapangan. Umumnya para pengemudi itu hanya punya waktu istirahat 1-2 jam sebelum kembali mengemudi dalam waktu lama.
Untuk menginap, para pengemudi bus hanya dibekali Rp 25 ribu-Rp 100 ribu. Kebanyakan dari mereka memilih menggunakan uang tersebut untuk membeli keperluan lain. Untuk istirahat, mereka memilih bagasi bus. Kualitas istirahat mereka jauh dari kata baik.
Hal tersebut, sebetulnya bisa diakali jika para pengelola hotel atau tempat peristirahatan mengediakan ruangan khusus untuk para pengemudi beristirahat tanpa harus membebani biaya.