Banyak Hibah-Bansos Rasa Suara

Bandung – Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jawa Barat mengakui sulitnya mendeteksi hibah terutama bantuan sosial yang diduga sebagai money politic baik dari individu, kelompok tertentu. Sebab, biasanya praktik ini samar dan sangat sulit dibuktikan kedalam praktik money politic.

”Memang bantuan sosial atau hibah itu banyak caranya dan banyak pula cara menyamarkan agar tidak terdeteksi sebagai money politic. Apalagi sudah masuk tahun politik, tentu akan mencari cara untuk mendulang suara sebanyak-banyaknya,” tutur Koordinator Divisi Pencegahan dan Pengawasan Hubungan Antar Lembaga Badan Pengawas Pemilu Jawa Barat, Wasikin Marjuzi kepada Jabar Ekspres, kemarin (7/2).

Namun demikian, jelas Wasikin, Bawaslu Jabar setidaknya berpedoman terhadap konsekuensi atas bantuan sosial atau hibah yang telah diberikan tersebut. Jika ada konsekuensi ajakan memilih salah satu pasangan calon terutama secara langsung dan bisa dibuktikan, maka Bawaslu Jabar akan menindak tegas dan berat salah satunya diskualifikasi pasangan calon.

”Biasanya money politic itu tidak dicatat karena takut ketahuan baik nilainya atau jumlah orang yang akan dibagikan. Jadi, langsung dibagikan dan tidak secara terbuka, dan biasanya selalu ada ajakan langsung atau tidak langsung (konsekuensi atas menerima uang, barang atau lainnya) untuk memilih salah satu pasangan calon atau untuk menarik simpatik, dan ini memang sulit dibuktikan.” jelasnya.

Lalu bagaimana dengan bantuan sosial atau hibah dari penyelenggara negara atau petahana, terang dia, hal ini memang menjadi dilemma. Sebab, di satu sisi bantuan sosial ataupun hibah memang sudah ada aturannya dan perlu adanya persetujuan dari DPRD.

Sementara itu, Direktur Lembaga Survei Parameter Agus Aribowo mengatakan, toleransi masyarakat terhadap money politic umumnya tidak menyetujui. Menurut dia, masyarakat yang menyetujui money politic ini kebanyakan masyarakat yang tidak mampu dengan pendidikan yang rendah. Sebab, karakter masyarakat dengan pendidikan dan ekonomi rendah biasanya lebih pragmatis.

”Makanya money politic biasanya disambut baik oleh mereka karena sebagai bagi-bagi duit, barang atau bentuk lainnya,” katanya di Universitas Maranatha, kemarin.

Menurut dia, money politic dinilai mumpuni untuk menarik suara atau simpatik secara instan. Sehingga, bagi pasangan calon yang elektabilitas, popularitasnya nilainya anjlok biasanya lebih memilih cara ini untuk mendulang suara atau simpatik masyarakat banyak.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan