Ada DNA Babi, BPOM Dinilai Lalai

BANDUNG – DPRD Jawa Barat menilai temuan kandungan DNA babi yang terdapat dalam suplemen Viostin DS dan Enzyplex merupakan kelalaian dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Tak hanya BPOM, menurut Wakil Ketua Komisi V DPRD Jawa Barat, Yomanius Untung tapi juga lembaga pemberi sertifikasi dalam meneliti kandungan yang ada pada suplemen tersebut.

Yomanius mengatakan, kelalaian dikarenakan materi atau bahan yang diperiksa mungkin saja berbeda dengan apa yang beredar di pasaran. Selain itu, lembaga pemberi sertifikasi dinilai lalai dalam memberi sertifikat produk tersebut. ”Sehingga saya melihat ini ada yang harus didalami yaitu unsur penipuan dari perusahaan terkait dengan penjualan obat tersebut,” kata Yomanius di Bandung kemarin.

Untuk mengetahui indikasi penipuan, Yomanius menuturkan kepolisian harus melakukan pendalaman lebih lanjut produk tersebut. Selain itu, dirinya menduga masih banyak obat-obatan serupa namun belum diketahui. ”Saya khawatir banyak beredar obat-obat yang sejenis itu atau yang tidak halal tetapi belum terdeteksi aja,” kata dia.

Yomanius melanjutkan, pihaknya belum mendapat penjelasan dari BPOM terkait tata cara penelitian dan pemeriksaan obat-obatan yang sudah beredar di pasaran. Menurutnya, penelitian harus dilakukan BPOM tidak hanya sebelum beredar, melainkan saat sudah beredar pun tetap harus diperiksa. ”Harus ada juga ricek rutin dan kualitas ricek harus benar-benar terbantu agar tidak kecolongan,” kata dia.

Selain itu, Yomanius menyatakan harus ada perubahan sistem dalam pemantauan perizinan dan peredaran produk tersebut. Sebab, ia menduga ada oknum pemerintah yang sengaja membiarkan perusahaan mengeluarkan produk tersebut. ”Kalau misalkan sistemnya tidak diperbaiki, besok lusa akan meledak lagi dalam kasus yang berbeda,” kata dia.

Menanggapi hal tersebut Wakil Ketua MUI Jawa Barat, Ayat Dimyati meminta kepada perusahaan yang telah mengeluarkan produk tersebut untuk segera menarik dari pasaran. Selain itu, dia juga meminta perusahaan mencantumkan semua kandungan yang ada. ”Kalau yang sudah ada harus ditarik karena sulit memisahkannya kalau sudah jadi produk,” kata Ayat. (mg1/ign)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan