Warga Setuju Rumah Deret, Bantah Adanya Intimidasi dan Premanisme

Dia mengaku tidak merasa keberatan dengan harus adanya uang sewa setelah Lima tahun menempati rumah deret tersebut. ”Ya kalau harus bayar, ya nggak apa apa. Itu kan kebijakan dari pemerintah, trus uang sewanya juga nggak mahal dari Rp 150 ribu hingga Rp 300 ribu tergantung tipe rumahnya nanti. Itu kan tanah milik pemerintah namanya kita numpang, ya harus bayar,” jelas dia.

Yoyo mengira adanya kepentingan segelintir orang yang memanfaatkan kondisi tersebut. ”Saya kasihan sama mereka. Mereka juga saudara kita. Hari ini (kemarin, Red.) sudah keluar Surat Peringatan (SP1), kalau sudah SP3 mereka akan di gusur tanpa ada pengganti,” sahutnya.

Setelah dikonfirmasi terkait adanya premanisme yang disewa pengembang untuk pengamanan, dia menjelaskan jika hal itu tidak ada. “Saya heran koq ada berita seperti itu. Itu sama saja dengan mebalikan fakta, sebab yang diintimidasi sebetulnya kita. Disebut penghianat lah dan kemarin ada warga yang ke sini untuk menghentikan pembangunan, jelas-jelas ini kan wilayah yang sudah setuju, jadi siapa yang intimidasi siapa?” tanya dia.

Bahkan Wawan Koswara, 47, yang dituding sebagai preman merasa sakit hati, sebab faktanya tidak seperti itu. ”Saya ke sini karena saudara saya tinggal di sini. Memang saya bukan orang sini lagi, sudah pindah rumah,” ungkapnya. (pan/ign)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan