Lanjutnya, di kota Bandung untuk mensejahterakan masyarakat pun terdapat pada program unggulan seperti Kredit Mesra, Izin usaha dihilangkan, Kredit Melati dan program lainnya.
“Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah terus memberikan perhatian untuk masuk agar bisa berwirausaha dan lebih mandiri lagi dalam mendapatkan hasil,”pungkasnya.
Setelah meresmikan website tersebut, walikota Bandung lanjut mengukuhkan Forum Pengembangan Kewirausahaan dan meninjau booth booth ekonomi kreatif, diantaranya kreativitas kulit menjadi perlengkapan komersial, makanan maupun pakaian.
Sementara itu Pemerintah Provinsi Jawa Barat menggagas Raperda tentang Rencana Pembangunan Industri Provinsi Jawa Barat 2017-2037. Menurut Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan hal itu agar pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat bisa terus menggeliat.
Termasuk sebut dia pada pertumbuhan di sektor industri pengolahan, non migas dan lainnya. Gubernur yang kerap disapa Aher itu pun menyebutkan adanya Raperda itu dipandangnya sangat penting, agar Pemda Jabar dapat menetapkan dokumen Rencana Pembangunan Industri Provinsi (RPIP) yang nantinya akan menjadi acuan pengembangan kebijakan industri daerah Provinsi Jawa Barat. ”Dan menjadi penyusunan rencana pembangunan industri kabupaten atau kota,” tutur Aher di Gedung Sate, Bandung belum lama ini.
Sebutnya, urgensinya aturan ini sebagai salah satu penunjang Pemprov Jabar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Mengingat Provinsi Jabar memegang peranan penting dalam perekonomian Nasional. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) jadi penyumbang tertinggi ketiga, setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur pada PDB Nasional.
”Dimana Jabar banyak menyumbangkan PDB Nasional dari sektor industri pengolahan yaitu 42,49 persen di 2016, jauh melebihi porsi industri yang sama Nasional ke PDB Nasional yang hanya 20,51 persen,” jelasnya.
Hal inilah yang menunjukkan industri di Jabar sangat potensial dan memang terkonsentrasi tinggi di Jabar, termasuk industri-industri strategis Nasional. Dimana laju pertumbuhannya selalu menunjukkan positif yaitu 4,77 persen di 2016.
”Selain sektor pengolahan, Jabar pun kuat di industri non-migas sejak 2011 sampai 2016. Dimana saat nilai ekspor produk non-migas nasional turun, Pemprov Jabar justru mampu mempertahanlan nilai ekspor non migas sekitar Rp 25,28 miliar dolar di 2016. Sehingga prosentase ekspor non-migas Jabar mampu mendongkrak non migas nasional yaitu, 19,24 persen di 2016,” terangnya.