Melawan Portugis dengan Pasukan Janda

Karirnya terus meroket sebagai tentara. Malahayati juga pernah menjadi anggota badan intelijen istana di Kesultanan Aceh pada masa Sultan Iskandar Muda. Dalam perkembangannya, dia memilih mundur dari intelijen karena ingin ikut menghadapi Portugis di Selat Malaka. Karir militer itu pula yang menjadikan dia bersuami seorang laksamana.

Namun, sang suami wafat saat berperang melawan Portugis. Malahayati yang terpukul atas kematian suaminya mendapatkan ide untuk melampiaskan kekecewaan. ”Dia mengumpulkan 2.000 inong bale, janda-janda, untuk ikut berperang melawan Portugis di Malaka,” lanjutnya.

Pada 1606 Malahayati bersama Darmawangsa Tun Pangkat (Sultan Iskandar Muda) akhirnya berhasil mengalahkan armada laut Portugis. Pasukan inong bale itu juga menjadi salah satu resimen tempur yang ditakuti di Selat Malaka. Misi mereka hanya satu, yakni melindungi Kesultanan Aceh dari serangan negara luar. Hasilnya terlihat. Negara-negara luar tidak mampu menembus ketatnya penjagaan di perairan Aceh.

Termasuk Cornelis de Houtman, penjelajah Belanda yang menemukan jalur laut baru dari Eropa ke Indonesia, tidak berkutik ketika hendak masuk ke Aceh. Bahkan, Cornelis sendiri akhirnya terbunuh di tangan Malahayati. Dalam sebuah pertarungan satu lawan satu.

Jejak Malahayati yang masih disimpan keluarga tersisa pada sejumlah barang. Salah satunya kitab Alquran. ”Ada juga tempat menyimpan (perhiasan) emas,” ucap Putro. Sebelumnya nama Malahayati yang meninggal pada 1615 sempat dijadikan nama salah satu KRI. KRI Malahayati 362 merupakan kapal perusak kawal berpeluru kendali kelas Fatahillah yang diluncurkan pada 1980.

Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto menyatakan, pihaknya mengusulkan Malahayati karena dia tokoh besar di zamannya. ”Tapi, kami lihat, dari 12 pahlawan perempuan Indonesia, tidak ada nama Malahayati di situ,” ujarnya.

Karena itu, Giwo menemui Khofifah. Tak dinyana, dukungan dia dapatkan. ”Kata Bu Mensos, ajukan saja namanya, pasti saya dukung,” tambahnya.

Ke depan, Kowani akan mengusulkan tokoh perempuan lainnya sebagai pahlawan. Yakni Saridjah Niung atau yang dikenal dengan panggilan Ibu Soed.

Kini, dengan status Malahayati sebagai pahlawan nasional, Putro mewakili keluarga berharap pemerintah mau membuatkan museum untuk laksamana perempuan itu. Juga mendirikan sekolah admiral Indonesia di Aceh. ”Supaya banyak pengikutnya yang bisa mengikuti jejak Laksamana Malahayati,” tutur Putro.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan