Petani Gadok Kabupaten Bandung Barat Raih Penghargaan FAO

Lebih lanjut Ulus memaparkan, saat ini lahan yang digarap bersama petani lainnya hanya memiliki luas 4 hektare. Dia fokus terhadap penanaman sayuran dengan menerapkan pola lingkungan sehat yang efisien.

Secara terang-terangan, Ulus menyebutkan, pola tanam yang dilakukan dengan menerapkan sektor terpadu. Artinya, petani yang ada di lokasi ini rata-rata memiliki ternak. Kotoran ternak itu dijadikan untuk pupuk sayuran dan limbah sayuran untuk pakan ternak.

”Dengan pola begitu, petani di sini tidak usah membeli pupuk yang mahal cukup memanfaatkan kotoran ternak. Justru lebih efisien dan murah, bahkan dampak terhadap sayuran pun jadi sehat dan bagus,” urainya.

Ditanya soal produksi sayuran yang dikelolanya setiap hari, Ulus menyebutkan, untuk sayuran buncis yang memiliki masa panen selama 45 hari, dari 1 kilogram tanam buncis mampu menghasilkan produksi panen mencapai 7 kuintal. Sekali tanam sayuran buncis dia mampu hingga 4 kilogram tanam.

”Belum lagi tomat kami bisa menghasilkan panen puluhan ribu ton dan beberapa sayuran lainnya. Kami bersyukur karena di Lembang ini memiliki cuaca dan kondisi tanah yang memang cocok untuk sayuran,” paparnya.

Ulus mengaku tidak menyangka bisa mendapatkan penghargaan di tingkat Internasional. Sebab, dirinya hanya petani di sebuah kampung yang sehari-hari fokus terhadap kualitas produk sayuran yang dijual langsung kepada konsumen dengan menerapkan kemasan yang tak kalah hebat dengan produk yang dijual di supermarket.

Ulus yang diundang untuk mendapatkan penghargaan FAO di Thailand itu mengaku, sempat kaget. Sebab, dia ujug-ujug didatangi petugas Kerjasama Luar Negeri (KLN) dari Kementerian Luar Negeri pada September 2017. Di situ, dia  sekaligus dimintai biodata dan sejumlah sertifikat pelatihan pertanian yang pernah diikuti.

Dua minggu selanjutnya, petugas tersebut mendatangi rumah Ulus sekaligus memantau langsung lahan pertanian yang digarap oleh Ulus dan rekan-rekannya. ”Puncaknya pada Oktober lalu, saya tiba-tiba mendapat undangan dari FAO Thailand dan memberitahukan kalau saya akan mendapatkan penghargaan. Tentu saya dan keluarga sangat bahagia atas apresiasi tersebut,” ujarnya.

Yang tidak kalah membanggakan, Ulus merupakan satu-satunya petani di Indonesia yang mendapatkan penghargaan tersebut. Dia diakui dunia bersama petani lainnya dari negara Nepal, Afghanistan, Thailand dan Jepang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan