Tak Layak Menikah Jika Belum Pandai Menenun

Kain tenun suku Dayak Iban hingga kini termasuk yang termahal di Indonesia. Motif-motifnya rumit dan mengandung makna filosofis. Dari pedalaman Kalimantan Barat, kain tenun itu telah terbang ke panggung New York Fashion Week 2017.

TAUFIQURRAHMAN, Kapuas Hulu

SEPANJANG dinding ruai (ruang tamu) rumah betang Sungai Sedik, Kapuas Hulu, terpampang kain-kain tenun berbagai motif dan ukuran. Di setiap kain, tergantung label yang mencantumkan nama penenun serta nama koperasinya. Harganya paling murah Rp 1 juta. Harga untuk motif-motif tertentu bisa tembus Rp 10 juta.

Ketika berkunjung Sabtu (8/10), rombongan kami disambut upacara adat. Ada sesajen beras pulut, ritual menginjak telur, memutar seekor ayam di atas sesajen, membuang arak ke tanah, serta menombak leher seekor babi sampai mati. Begitu rombongan tiba di atas tangga rumah betang, para perempuan Dayak tidak lupa mengalungkan kain tenun berbentuk syal tipis. Satu untuk setiap tamu.

Teringat akan harga kain yang mahal, beberapa tamu sempat bertanya kepada salah seorang di antara mereka. Ternyata gratis, boleh dibawa pulang. Syal yang kami pakai berwarna kekuningan agak pucat. Setelah tanya sana-sini, nama motifnya adalah buah bunut. Buah dalam bahasa Dayak Iban berarti motif.

Bunut adalah salah satu jenis tanaman, juga salah satu jenis buah. Buah bunut digunakan suku Dayak Iban sebagai bahan pewangi. Di bilik-bilik rumah betang alias rumah adat khas Dayak itu, satu keluarga setidaknya memiliki satu cawan berisi ekstrak buah bunut untuk pewangi. ”Buah bunut juga diminumkan ke bayi, biar kencingnya tidak terlalu pesing,” cerita Edom, salah seorang penghuni rumah betang.

Suku Dayak Iban mewarisi budaya menenun sejak zaman nenek moyang mereka. Para perempuan sejak kecil dididik agar pandai menenun. Kata Edom, seorang gadis jika belum pandai menenun tidak layak dilamar atau dinikahkan.

Ibu-Ibu biasanya menenun di sela-sela kesibukan mereka bercocok tanam. Sepulang dari ladang, mereka menghabiskan 1 hingga 2 jam duduk di tangga ubung, semacam kerangka kayu tempat alat tenun. Menyusun benang-benang dengan berbagai warna hingga membentuk motif-motif yang indah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan