Di Balik Pembuatan Magma Indonesia, Aplikasi Bencana Geologi

Dua tahun lalu Kasubbid Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Devy Kamil Syahbana mengajak Anto bekerja sama. Sejak saat itu Anto tahu bahwa Devy punya gagasan serupa dengan dirinya.

Mereka turut menggaet pengamat gunung api yang kini juga bekerja di PVMBG, Syarif Abdul Manaf, untuk membuat aplikasi berbasis Android. Jadilah mereka sebagai trio pengembang Magma Indonesia.

Terakhir Jawa Pos mengakses Google Play Store Rabu lalu (4/10), Magma Indonesia sudah diunduh 10 ribu akun.

Penilaian terhadap aplikasi yang kali pertama dilempar ke publik awal Februari lalu itu pun baik. Apalagi setelah di-update tiga bulan lalu. Sistem maupun tampilan muka aplikasi tersebut semakin baik.

Berbeda dengan aplikasi milik kebanyakan institusi pemerintah, Magma Indonesia dikembangkan bertiga oleh Anto, Devy, dan Syarif. Tanpa bantuan konsultan, apalagi dari perusahaan swasta. Bahkan, mereka tidak menggunakan anggaran pemerintah. ”Dengan sumber daya dan alat yang ada di PVMBG, Badan Geologi, dan Kemen ESDM,” jelas Devy.

Serupa dengan Anto, ketika diwawancarai, Devy juga tengah bertugas di Pos Pantau Gunung Api Agung. Dia bersama timnya datang sejak status Gunung Agung waspada. Dua pekan lebih bertugas memantau aktivitas gunung tertinggi di Bali itu, Devy semakin yakin Magma Indonesia harus terus diperbarui. Baik aplikasi maupun lamannya.

Sebab, tidak hanya penting untuk menjembatani petugas pantau gunung api dengan masyarakat, aplikasi dan laman itu juga penting untuk menunjang berbagai kebutuhan masyarakat. Khususnya yang tinggal di sekitar gunung api. Magma Indonesia bisa menjadi pemandu mereka.

Misalnya ketika status gunung api naik menjadi awas. Masyarakat bisa mengunduh peta kawasan rawan bencana (KRB). Mereka juga boleh mencetak dan memperbanyak peta tersebut untuk kepentingan bersama. ”Tidak perlu minta ke PVMBG atau BNPB,” kata Devy.

Bagi yang sudah memiliki dan terbiasa memakai telepon pintar, Magma Indonesia bisa menjadi petunjuk untuk menjangkau zona aman dari zona bahaya. Petunjuk itu tidak dibuat sembarangan, tapi sudah melalui riset panjang.

Devy bersama timnya juga memakai histori gunung api untuk membuat peta tersebut. Dengan begitu, pemerintah setempat juga bisa menjadikan peta tersebut sebagai dasar sebelum mengevakuasi masyarakat. Lebih dari itu, ke depan Magma Indonesia bisa menjadi acuan pemerintah ketika membuat atau memperbarui rencana tata ruang wilayah (RTRW).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan