Setiap Pekan Selalu Dapat Info Pasien Meninggal

Dia menyatakan, meski hanya libur sehari, hal itu tidak bisa dipandang sebelah mata. Bagi pasien cuci darah, terlambat sehari sama dengan membiarkan racun dalam darah semakin banyak. Jika hal itu sering terjadi, kondisi organ tubuh lain bisa terdampak. ”Calon suami saya kalau telat cuci darah, efeknya gatal, sesak napas. Itu juga dirasakan banyak pasien lain,” imbuhnya.

Sadar dampaknya tidak enteng, berbagai protes pun dilayangkan. Mulai menghadap langsung ke petugas hingga menyampaikan surat protes. Namun, hasilnya tetap nihil. Semua upaya itu tidak ditanggapi sedikit pun.

Tak ayal, perempuan asal Jogjakarta itu pun meminta advokasi dari KPCDI. Kebetulan, dia sudah bergabung dalam komunitas tersebut. ”Semua bukti tak kumpulin. KPCDI lalu mengadvokasi. Sekarang sudah berubah (tidak ada hari libur, Red),” ungkapnya semringah. Bukan hanya itu. Bersama KPCDI, dia aktif memberikan penyuluhan kepada pasien di RS tersebut.

Selama ini, kedisiplinan pasien untuk tertib cuci darah masih rendah. Akibatnya, tidak sedikit yang berujung pada kematian. ”KPCDI memperjuangkan hak pasien. Hal seperti ini penting karena efeknya nyawa,” tegas perempuan 23 tahun tersebut.

KPCDI merupakan komunitas yang aktif memberikan perlindungan kepada para penderita gagal ginjal. Sebagaimana namanya, komunitas yang sudah berdiri hingga dua tahun tersebut berisi orang-orang yang menjalani atau berkecimpung dengan dunia hemodialisis alias cuci darah.

”Ada dokter, ada pendamping. Tapi, 80 persen merupakan penderita gagal ginjal,” kata pendiri KPCDI Tony Richard Alexander Samosir saat ditemui di kawasan Kemang, Jakarta, Juli lalu.

Dia menceritakan, pembentukan komunitas itu bisa dibilang tanpa perencanaan. Ide tersebut muncul setelah berbagai diskriminasi diterimanya sebagai pasien cuci darah dengan biaya BPJS kelas III.

Pria asal Medan itu mengungkapkan, banyak ketidaksesuaian yang diterimanya selama menjalani pengobatan. Mulai pungutan rumah sakit di luar BPJS, kualitas obat yang berbeda, hingga jadwal cuci darah yang seminggu dua kali. Padahal, standar internasional adalah tiga kali dalam sepekan.

”Pasien kelas III baru bisa tiga kali sepekan kalau jantungnya sudah terdampak. Itu (pembatasan dua kali) kan sama saja dengan membunuh pelan-pelan,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan