Menurut pria yang pernah menjabat kepala staf kepresidenan itu, sepuluh tahun lagi pasar mobil listrik di dunia bisa mencapai 20 persen. Saat ini, di Tiongkok, semua sepeda motor sudah menggunakan listrik. ”Kita tidak boleh terlambat. Kita jangan mau jadi market (mobil listrik, Red) dari negara-negara Barat,” imbuhnya.
Karena itulah, Luhut berharap ide Dahlan yang sejak dulu getol menginisiasi produksi mobil listrik dalam negeri harus di-speed up. Dia sudah meminta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) agar bekerja keras mewujudkan hal tersebut.
Sejak menjabat menteri BUMN, Dahlan memang getol mengampanyekan pengembangan mobil listrik di Indonesia. Dia membina anak-anak muda yang ahli untuk membuat prototipe mobil listrik. Bahkan, Dahlan tak segan merayu anak muda Indonesia yang berkiprah di luar negeri agar mau pulang untuk merealisasikannya.
Ada lima orang yang dibina untuk mewujudkan pengembangan mobil listrik di Indonesia. Mereka diberi nama Pandawa Lima. Dahlan merogoh kocek sendiri untuk membiayai kegiatan pengembangan prototipe mobil listrik yang dilakukan lima orang tersebut. Satu per satu prototipe pun akhirnya berhasil dibuat mereka. Ada yang membuat motor listrik, city car, MPV premium, hingga supercar seperti Selo.
Ide Dahlan juga langsung disambut pemerintahan ketika itu. Pemerintah saat itu langsung membuat rencana strategis pengembangan mobil listrik nasional atau Molina.
Luhut menegaskan, Indonesia sangat mampu untuk memproduksi mobil listrik. ’’Indonesia isinya orang-orang pintar kabeh. Tinggal ada kesempatan atau enggak,” ujarnya. Dalam kunjungan kemarin, Luhut dan Dahlan juga berdiskusi tentang kondisi ekonomi nasional. Pengembangan sejumlah wilayah di Indonesia menjadi fokus Luhut. Salah satunya adalah Kalimantan Utara dan Pulau Bali. (eko/gun/c17/ang/rie)