Sampah Terbanyak dari Lembang

jabarekspres.com, NGAMPRAH – Objek Wisata di wilayah Lembang Kabupaten Bandung Barat  memeberikan kontribusi terbesar volume sampah. Bahkan, objek wisata di Lembang menyumbang 60 persen volume sampah di KBB.

Kepala UPT Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) KBB, Apit Akhmad Hanafi mengatakan kontribusi sampah dari objek wisata di kawasan Lembang cukup signifikan. Dari 25-30 ton sampah perhari, khusus dikawasan Lembang 60 persenya merupakan sampah yang berasal dari sejumlah objek wisata. “Di Lembang persentase sampah dari objek wisata sedikit lebih banyak dibanding sampah hasil rumah tangga. Untuk libur lebaran ini kenaikannya mencapai 15-20 persen,” katanya.

Adapun jumlah rata-rata sampah yang dihasilkan dari seluruh wilayah di KBB mencapai 150 ton perhari. Untuk libur panjang kali ini, kenaikan volume sampah mencapai 15 persen perhari. “Kenaikan pasti ada karena memasuki musim liburan. Untuk pelayanan sampah selama ini memang belum dilakukan maksimal karena keterbatasan personel dan armada. Tapi, ke depan kami akan terus melakukan secara maksimal,” tandasnya.

Sementara, Terminal Wisata Grafika Cikole Lembang memiliki pengelolaan sampah secara mandiri yang dimanfaatkan dengan nilai ekonomis tinggi. Selain membantu pemerintah untuk mengurangi sampah, objek wisata ini juga menjadi salah satu wisata yang peduli akan lingkungan alam. Hal tersebut diungkapkan Kepala Divisi Pengelolaan Sampah pada Terminal Wisata Grafika Cikole, Jajang kepada wartawan di Ngamprah, kemarin. “Pengelolaan sampah ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup, karena setiap hari volume sampah terus meningkat. Dengan pengelolaan ini, sampah yang dihasilkan hanya terbuang hingga 20 persen,” katanya.

Jajang menyebutkan, setiap harinya bisa menghasilkan sampah 10-20 tong. Namun, khusus pada libur Hari Raya Idul Fitri tahun ini, sampah bisa mencapai 40 tong perhari. Sehingga dengan adanya pengelolaan sampah mandiri ini lebih efisien yang terbuang ke TPA. “Saat ini kami hanya mampu mengelola sampah organik dan anorganik saja. Untuk sampah yang tidak bisa didaur ulang seperti sterofoam, kantong plastik makanan ringan terpaksa harus dibuang ke TPA,” terangnya.

Pengelolaan sampah ini, sebut dia, dilakukan menggunakan metode daur ulang organik dan anorganik dengan bantuan tiga unit alat mesin pres, ayak dan cacah. “Untuk mengelola sampah ini, kami melibatkan 5 orang karyawan dengan waktu kerja hingga 8 jam perhari. Dengan ukuran gedung pengelolaan sampah 8 x12 meter persegi,” ujarnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan