Teknologi ”Daun Talas” Achmad Solikhin Juara Inovasi Kehutanan Dunia

Manfaat dari teknologi super hydrophobic pada kayu adalah bisa meningkatkan nilai jualnya. Sebab, daya tahannya semakin kuat. Kayu-kayu mudah lapuk karena air seperti sengon dan jabon bisa menjadi kuat layaknya kayu jati.

Padahal, masa panen kayu sengon jauh lebih cepat daripada jati. ’’Sehingga untuk mendapatkan kayu yang awet, tidak perlu bergantung pada jati atau kayu ulin,’’ tuturnya.

Dampak lebih luasnya, hutan-hutan jati maupun ulin di Indonesia bisa tetap lestari. Masyarakat cukup menerapkan teknologi super hydrophobic pada kayu sengon atau jabon, ketahanannya sudah seperti jati.

Namun, Solikhin menggarisbawahi, risetnya masih butuh penelitian-penelitian lanjutan. Karena itu, dia akan menggunakan uang hadiah 5.000 euro untuk riset lanjutan.

”Mudah-mudahan ke depan riset saya bisa diproduksi masal untuk kelestarian hutan di Indonesia,” kata Solikhin.

Solikhin juga dikenal produktif menulis. Sejauh ini dia telah menelurkan sebelas publikasi di jurnal internasional.

Padahal, hambatan yang dialaminya untuk melahirkan karya tulis itu tidak ringan. Misalnya, hambatan berupa keterbatasan sarana laboratorium di IPB. Sampai pernah dia suatu ketika harus pontang-panting ke Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk mencari laboratorium yang sesuai.

Alokasi bantuan dana riset Rp 180 juta dari Kemenristekdikti juga sangat membantu. Sekarang dana itu masih tersisa Rp 30 juta.

”Ketimbang tidak terpakai, saya akan mengajukan beberapa riset lagi. Hasilnya nanti saya tulis untuk publikasi internasional,” katanya.

Dirjen Sumber Daya Iptek-Dikti Kemenristekdikti Ali Ghufron Mukti mengapresiasi semangat belajar Solikhin itu. Sebab, mampu menjalani paket kuliah S-2 dan S-3 sekaligus dalam tempo empat tahun. ’’Hebatnya lagi, publikasi internasional banyak,’’ jelasnya.

Mantan wakil menteri kesehatan itu mengatakan, kinerja penulisan publikasi internasional para peserta PMDSU diharapkan bisa menginspirasi akademisi lain. ’’Ini yang masih remaja saja bisa. Yang sudah lektor kepala atau bahkan guru besar masak kalah,’’ katanya. (*/c10/ttg/rie)

Tinggalkan Balasan