jabarekspres.com, JAKARTA – Jembatan Cisomang diruas Tol Purbaleunyi sudah kembali beroperasi untuk semua golongan kendaraan dengan beban maksimal 45 ton per 1 April lalu. Berdasarkan evaluasi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa masih banyak truk dengan beban melebihi 45 ton melintasi ruas tol tersebut.
Dari hasil pemantauan dengan alat weight in motion, ada sebanyak 600 truk melalui ruas tol tersebut. Dan sebanyak 17 persennya terdeteksi overload. ”Hampir 100 truk overload. Overloadnya tidak main-main. Truk golongan V yang seharusnya maksimal 45 ton ternyata melebihi dari itu bahkan ada yang sampai 85 ton,” jelas Basuki kemarin (9/4).
Sebagai konsekuensinya, truk-truk tersebut kemudian dikeluarkan melalui gerbang tol terdekat. Sehingga tidak melintasi Jembatan Cisomang yang masih terus diperkuat setelah terjadi pergeseran tiang Desember lalu. ”Kita akan konsisten. Dirjen Bina Marga dan Dirjen Perhubungan Darat sudah bertemu dan akan efektifkan jembatan timbang,” terang Basuki.
”Minggu depan, ini (surat-surat terkait pemberlakukan jembatan timbang) ditandatangani semua,” tambah Dirjen Bina Marga Arie Setiadi Moerwanto.
Basuki menerangkan, truk overload sangat memengaruhi kondisi jalan. Menurutnya truk yang dikeluarkan dari jalan tol karena bebannya melebihi ketentuan, menimbulkan masalah lainnya yakni kerusakan di jalan arteri nasional. Meski dapat dilakukan penurunan terhadap beban berlebihnya, namun penyediaan tempat penampungannya juga tidak mudah.
”Sementara kalau cuma didenda, mereka lebih memilih didenda. Kami akan konsisten untuk mengeluarkan truk yang overload sambil menunggu jembatan timbang difungsikan,” tegasnya.
Dampak kerusakan jalan yang harus ditanggung akibat truk kelebihan muatan sangat merugikan. Sebagai perbandingan, truk yang overload jika menggunakan moda transportasi lain seperti kapal dan kereta api harus membayar beban berlebih yang dibawanya, sementara di jalan tidak atau gratis. Dengan adanya aturan tegas mengenai beban kendaraan, Basuki berharap para pengguna jalan bisa lebih bijak dalam menggunakan jalan.
Menurut Basuki, untuk mewujudkan transportasi yang berkeselamatan diperlukan tiga hal. Yakni prasarana, regulasi, dan Prilaku. ”Prasarana dan regulasi sudah ada. Tinggal perilakunya yang perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat,” tambahnya. (and/rie)