Melihat Uji Coba Alutsista di Laboratorium Pengujian TNI-AD

Plate pada dua level rompi antipeluru itulah yang menjadi pembeda. Level IV dilengkapi plate berbahan armit, sedangkan level III-A tanpa plate. Uji rompi antipeluru level IV menggunakan senapan serbu SS1 buatan PT Pindad. Jarak tembak antara rompi dan senapan 25 meter.

Sementara itu, rompi antipeluru level III-A diuji dengan menggunakan pistol dari jarak 5 meter. Dalam proses uji yang disaksikan Jawa Pos, rompi antipeluru buatan PT Persada Aman Sentosa (PAS) dinyatakan lulus uji. Keduanya dinyatakan layak mendapat sertifikat. Bila hasil uji itu sesuai dengan spesifikasi matra Angkatan Darat, rompi yang dinyatakan lulus uji bisa diproduksi masal.

Serupa dengan rompi antipeluru, helm alias pelindung kepala prajurit TNI-AD juga melalui uji tembak. Selain itu, ada ujian lain, yakni menahan hantaman besi seberat 2 kilogram yang dilepas dari ketinggian 3 meter. Helm tidak boleh retak atau pecah, apalagi rusak. Pengujian helm dilakukan oleh Seksi Uji Alat Kelengkapan Satuan Laboratorium Dislitbangad.

Di seksi tersebut juga diuji ketahanan beragam jenis kelengkapan yang biasa digunakan prajurit TNI-AD. Salah satunya sepatu tentara. Dislitbangad menggunakan adhesion test untuk menguji ketahanan sepatu prajurit TNI-AD. Uji tekuk sepatu dengan menggunakan alat tersebut dilakukan secara otomatis.

Standarnya, sepatu harus tetap dalam kondisi baik setelah ditekuk seribu kali. Tanpa lecet sama sekali. Itu sama dengan sepatu digunakan untuk berjalan/berlari seribu langkah. Sepatu yang digunakan prajurit TNI-AD saat ini tidak lain adalah sepatu yang sudah lulus uji tersebut. Demikian pun peralatan lain. Tidak terkecuali kendaraan taktis seperti Komodo yang diproduksi PT Pindad.

Selain laboratorium di Bandung Barat, Dislitbangad punya lokasi uji lain di Kebumen, Jawa Tengah. Di laboratorium itu, mereka bisa menguji kendaraan taktis secara lebih leluasa.

Begitu pula dengan senjata api. Selain lega, laboratorium yang berlokasi di garis pantai membuat ruang untuk proses uji lebih luas. Laboratorium itu juga bisa dipakai untuk uji peralatan komunikasi. Baik yang terpasang maupun yang tidak menempel pada kendaraan taktis.

Menurut Kepala Seksi Uji Komunikasi dan Elektronika Laboratorium Dislitbangad Mayor Inf Maman Hidayat, lokasi uji peralatan komunikasi Laboratorium Dislitbangad paling ekstrem. Itu bukan klaim semata, melainkan sudah dibenarkan institusi militer negara lain. ’’Mereka ampun-ampun,’’ ungkap Maman.

Tinggalkan Balasan