Hartanto Gunawan, 20 Tahun Berkiprah Entas Anak-Anak Remaja di Thailand

’’Setelah lulus, mereka ada jaminan dapat pekerjaan. Untuk itu, kami bekerja sama dengan pemerintah Thailand,’’ imbuhnya.

Hartanto kemudian menceritakan awal mula dirinya terjun di dunia pendidikan nonformal di Negeri Gajah Putih itu. Dia memang mempunyai latar belakang pengusaha. Paling tidak profesi itu pernah dia jalani semasih tinggal di Jakarta. Dia pernah terjun di bisnis konstruksi, perdagangan, hingga ekspor-impor.

Namun, pada 1997, saat Indonesia dilanda krisis moneter dan kekuasaan, tiba-tiba Hartanto memutuskan untuk menjadi bikhu atau biksu di Thailand. Keputusannya itu atas dasar restu dari sang ibu, Ratna Suryani Wiryo.

Hanya, memang tidak untuk menjadi biksu selamanya. Di Thailand, cara itu memungkinkan. Maka, dia menjalani hidup sebagai biksu beberapa tahun di sana. ’’Saat itu saya berpikir tidak mau jadi anak durhaka,’’ ujar dia.

Pada awal hidup di Thailand, dia langsung diminta tinggal di hutan Sakhon Nakhon, sekitar 700 kilometer timur laut Bangkok. Dia tinggal di wihara tua dan kecil di pulau tengah danau sendirian.

Untuk menuju ke permukiman terdekat, harus menunggu perahu nelayan yang kebetulan lewat di sekitar wihara. Hampir setiap hari dia juga mesti berjalan kaki 6 kilometer ke rumah-rumah penduduk.

’’Sekitar dua tahun di wihara itu, saya kemudian meminta untuk dipindah ke Wat Arun agar bisa bermeditasi lebih dalam,’’ ungkapnya.

Wat Arun merupakan wihara milik kerajaan Thailand yang ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Tiap tahun keluarga kerajaan punya acara khusus di wihara yang juga dikenal sebagai Temple of Dawn itu. Lokasinya sekitar 45 menit perjalanan arah barat dari pusat Kota Bangkok.

Setelah dua tahun di Wat Arun, Hartanto akhirnya memutuskan untuk berhenti menjadi biksu. Dia beralasan ingin lebih menyelami dunia sosial, kemanusiaan, dan pendidikan.

Tidak mudah bagi Hartanto untuk bisa langsung berkiprah di bidang yang diinginkan. Dia pun sempat menjadi sopir kendaraan wisata untuk mencari penghidupan di Bangkok. Saat itulah, dia bertemu pasangan Janet Stowe dan Walter Stowe, pasangan dari Amerika Serikat, yang ingin mengadopsi anak dari Thailand.

Tinggalkan Balasan