Mochamed yang 33 tahun menjadi guru itu menambahkan, pada 1820 Syed Hussein mewakafkan kompleks masjid yang dibangun, termasuk 16 rumah di sekitarnya. Tak heran, masjid itu dipertahankan umat Islam di Penang dari kehancuran gara-gara pendudukan Jepang pada 1941–1945.
’’Masjid ini menjadi salah satu penanda majunya umat muslim Melayu saat itu,’’ tuturnya.
Makin populernya Georgetown sebagai destinasi wisata membuat pemerintah makin rajin melakukan pembangunan infrastruktur, termasuk hotel dan apartemen. Sempat muncul rencana menggusur bangunan di sekitar kompleks masjid. Namun, rencana itu ditolak keras oleh Badan Warisan Masjid Melayu Pulau Penang.
Mereka berkeberatan atas rencana itu karena kompleks Masjid Melayu merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. ’’Ini kampung muslim Melayu pertama di sini. Jadi, ironis bila digusur,’’ kata mantan ketua Badan W Arisan Masjid Melayu Pulau Penang itu.
Generasi kelima dari imam pertama Masjid Melayu Syekh Omar Basheer itu mengakui, usia bangunan yang sudah tua membutuhkan perawatan ekstra. Untung, kini pemerintah sudah memasukkan masjid itu ke daftar warisan budaya nasional sehingga pengelola tidak bingung saat harus melakukan perbaikan.
Diakui pula, saat ini jamaah Masjid Melayu sudah banyak menyusut. Ketika salat-salat wajib, tidak lebih dari dua saf yang salat berjamaah.’’Dulu, pada 1950-an, jamaahnya banyak. Setiap salat fardu, masjid selalu penuh. Sekarang sudah sepi,’’ kenangnya. (*/c10/ari)