Masjid Melayu Bernuansa Aceh Jadi Penanda

Keberadaan Syed Hussein di Penang dengan cepat membuat perekonomian di pulau itu jadi bergairah. Muslim dari Aceh dan negara lain yang datang juga makin banyak ke Penang. Syed Hussein lantas membangun masjid pada 1808 untuk menyatukan umat muslim dari berbagai etnis dan bangsa itu. Juga sebagai penanda berkembangnya peradaban muslim Melayu di Penang.

’’Saat itu bangsa Melayu belum dipecah oleh Belanda dan Inggris,’’ tuturnya.

Sebagai muslim asal Aceh, Tengku Syed Hussein menyodorkan desain masjid seperti yang banyak dibangun di era kerajaan Nusantara saat itu. Yakni, memiliki atap berbentuk segi tiga. Berbeda dengan masjid lain di sekitarnya yang memiliki kubah. ’’Ini bukan masjid pertama di sini. Tapi, masjid terbesar pertama,’’ imbuhnya.

Ornamen khas Aceh yang tidak ditinggalkan Tengku Syed Hussein masih dipertahankan hingga saat ini. Bentuknya seperti kelopak bunga matahari berukuran besar. Kata para pendahulu Mochamed, hiasan yang diletakkan di atas pintu dan jendela masjid juga dibawa langsung dari Aceh.

Bukan hanya itu. Banyaknya umat muslim asal Aceh dan daerah lain di Indonesia ikut memengaruhi tradisi pembuatan kompleks makam di samping masjid. Salah satunya makam Tengku Syed Hussein. Hal itu tidak banyak ditemui di masjid-masjid Malaysia.

Banyaknya muslim asal Aceh di Penang diabadikan untuk nama jalan di pusat kota, Jalan Lebuh Acheh. Masjid Melayu termasuk berada di jalan itu.

Menurut Mochamed, Masjid Melayu dulu dibangun dengan fondasi cerucuk bakau. Sebab, kawasan kompleks masjid tersebut dulu berupa rawa-rawa. Dengan begitu, tumbuhan bakau dinilai kuat untuk menahan resapan air daripada fondasi kayu. Buktinya, sampai sekarang masjid berusia lebih dari dua abad itu masih kuat.

Kondisinya berbeda dengan bangunan baru yang merupakan perluasan masjid. Bangunan baru itu tidak menggunakan pola yang sama dengan bangunan lama. Sehingga tidak sekuat bangunan lama dalam menyerap air. ’’Masjid ini berdiri pada 1808. Pembangunannya memang lama,’’ katanya.

Mochamed teringat bencana tsunami dahsyat yang menerpa Aceh pada 2004. Saat itu warga muslim keturunan Aceh yang tinggal di Penang berduyun-duyun ke Masjid Melayu untuk salat dan berdoa bersama. ’’Saya sangat terharu ketika itu. Banyak orang Aceh kemari,’’ kenangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan